BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar
di dunia, Indonesia sudah barang tentu mempunyai banyak ragam potensi
sumberdaya alam baik di daratan maupun di lautnya. Namun sampai kini data dan
informasi mengenai sumberdaya alam tersebut terutama yang terdapat di lautan
masih sangat kurang, demikian pula potensi sungai-sungai besar yang terkait
langsung antara tiga sistem yaitu daratan, lautan dan atmosfer atau iklim.
Geologi adalah salah satu dari ilmu kebunuan yang
terlibat dalam masalah-masalah kerak
bumi, susunan dan sejarahnya. Sebagai
salah satu cabang ilmu pengetahuan alam, maka geologi pun tidak lepas dari ilmu
pengetahuan alam lainnya seperti : kimia (berhubungan dengan studi material
bumi), fisika (berhubungan dengan studi struktur dan geodinamik), biologi (ber-
hubungan dengan studi fosil) dan matematika.Kondisi geologi permukaan bisa didapat melalui pemetaan geologi. Peta geologi yang dapat menampilkan informasi suatu daerah secara urnum (atau yang biasa diperlukan bagi ke-empat bidang di atas) biasa digabungkan dengan satu set penampilan informasi lainnya hasil dari pekerjaan dalam pemetaan geologi yaitu :
hubungan dengan studi fosil) dan matematika.Kondisi geologi permukaan bisa didapat melalui pemetaan geologi. Peta geologi yang dapat menampilkan informasi suatu daerah secara urnum (atau yang biasa diperlukan bagi ke-empat bidang di atas) biasa digabungkan dengan satu set penampilan informasi lainnya hasil dari pekerjaan dalam pemetaan geologi yaitu :
a. Peta geologi detail (berdasarkan kajian dari data dasar yaltu peta kerangka geologi dan peta pola jurus & kenuringan batuan)
b. Lintasan kunci (kajian didapat dari lintasan terukur)
c. Kolom stratigrafi (kajian didapat dari lintasan terukur)
d. Peta geomorfologi (termasuk informasi morfometri, morfologi dan morfogenetik, serta litologinya)
e. Peta geologi lingkungan (kajian potensi/kendala wilayah)
Peta geologi merupakan informasi penting lika akan bekerja di bidang sumberdaya mineral, sumberdaya energi, sumberdaya kewilayahan atau mitigasi kebencanaan geologi. Para pemeta diharapkan dapat mengungkapkan kondisi geologi suatu daerah serta dapat merekomendasikan suatu pengembangan wilayah berdasarkan potensi dan kendala wilayah dari kondisi geologi tersebut, yang akan bermanfaat bagi bidang SDM (sumber daya mineral), SDE (sumber daya energi), SDK (sumber daya kewilayahan) atau mitigasi kebencanaan. Oleh karena itu laporan ini sangat perlu untuk dibuat.
I.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud daripada praktikum ini adalah agar praktikan
dapat mengamati memahami dan menguasai penggunaan alat theodolit dilapangan,
serta pengolahan data dengan rumus – rumus yang telah tersedia.
I.3 Tujuan Praktikum
Tujuan daripada praktikum ini adalah agar praktikan dapat :
1. Mengetahui cara penggunaan atau
pengoperasian alat baik secara teori maupun praktikum.
2. Menentukan jenis atau nama – nama
bagian daripada Alat Ukur theodolite beserta kegunaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Garis Kontur
Garis
kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan
ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang
memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain
garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal.
Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur
disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan
tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan
informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau
melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan
galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian
vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat
proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke
bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka
untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
Gambar 2.1. Pembentukan
Garis Kontur dengan Membuat Proyeksi Tegak Garis Perpotongan Bidang Mendatar
Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak
dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta,
karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk
permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading. Bentuk garis kontur
dalam 3 dimensi.
Gambar 2.2. Penggambaran Kontur
Penggambaran kontur Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut :
a.
Berbentuk kurva tertutup.
b.
Tidak bercabang.
c.
Tidak berpotongan.
d.
Menjorok ke arah hulu jika
melewati sungai.
e.
Menjorok ke arah jalan menurun
jika melewati permukaan jalan.
f.
Tidak tergambar jika melewati
bangunan.
g.
Garis kontur yang rapat
menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.
h.
Garis kontur yang jarang
menunjukan keadaan permukaan yang landai.
i.
Penyajian interval garis kontur
tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval garis
kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval
garis kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta , jika berbukit
maka interval garis kontur adalah 1/500 dikalikan dengan nilai skala peta dan
jika bergunung maka interval garis kontur adalah 1/200 dikalikan dengan nilai
skala peta.
j.
Penyajian indeks garis kontur
pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis kontur, pada daerah berbukit
setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5
garis kontur.
k.
Satu garis kontur mewakili satu
ketinggian tertentu.
l.
Garis kontur berharga lebih
rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
m.
Rangkaian garis kontur yang
berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.
n.
Rangkaian garis kontur yang
berbentuk huruf "V" menandakan suatu lembah/jurang.
Gambar
2.3. Kerapatan Garis Kontur pada Daerah Curam dan Daerah Landai
Gambar
2.4. Garis Kontur pada Bukit dan Cekungan
Penentuan dan pengukuran titik detail untuk
pembuatan garis kontur,yaitu :
Ø Semakin rapat titik detil yang diamati, maka semakin teliti
informasi yang tersajikan dalam peta.
Ø Dalam batas ketelitian teknis tertentu, kerapatan titik detil
ditentukan oleh skala peta dan ketelitian (interval) kontur yang diinginkan.
Ø Pengukuran titik-titik detail untuk penarikan garis kontur suatu
peta dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Gambar
2.5. Garis Kontur dan Titik Ketinggian
a.
Pengukuran tidak langsung
Titik-titik detail yang tidak harus sama
tinggi, dipilih mengikuti pola tertentu yaitu: pola kotak-kotak (spot level)
dan profil (grid) dan pola radial. Dengan pola-pola tersebut garis kontur dapat
dibuat dengan cara interpolasi dan pengukuran titik-titik detailnya dapat
dilakukan dengan cara tachymetry pada semua medan dan dapat pula menggunakan
sipat datar memanjang ataupun sipat datar profil pada daerah yang relatif
datar. Pola radial digunakan untuk pemetaan topografi pada daerah yang luas dan
permukaan tanahnya tidak beraturan.
Gambar 2.6. Pengukuran Kontur Pola Spot Level dan Pola Grid
Gambar 2.7. Pengukuran Kontur Pola Radial
b.
Pengukuran langsung
Titik detail dicari yang mempunyai ketinggian yang sama dan
ditentukan posisinya dalam peta dan diukur pada ketinggian tertentu. cara
pengukurannya bisa menggunakan cara tachymetry, atau kombinasi antara sipat
datar memanjang dan pengukuran polygon. Cara pengukuran langsung lebih sulit
dibanding dengan cara tidak langsung, namun ada jenis kebutuhan tertentu yang
harus menggunakan cara pengukuran kontur cara langsung, misalnya pengukuran dan
pemasanngan tanda batas daerah genangan.
II.2. Interpolasi garis
kontur
Penarikan garis kontur diperoleh dengan cara perhitungan
interpolasi, pada pengukuran garis kontur cara langsung, garis-garis kontur
merupakan garis penghubung titik-titik yang diamati dengan ketinggian yang
sama, sedangkan pada pengukuran garis kontur cara tidak langsung umumnya
titik-titik detail itu pada titik sembarang tidak sama. Bila titik-titik detail
yang diperoleh belum mewujudkan titik-titik dengan ketinggian yang sama, posisi
titik dengan ketinggian tertentu dicari, berada diantara 2 titik tinggi
tersebut dan diperoleh dengan prinsip perhitungan 2 buah segitiga sebangun.
Data yang harus dimiliki untuk melakukan interpolasi garis kontur adalah jarak
antara 2 titik tinggi di atas peta, tinggi definitif kedua titik tinggi dan
titik garis kontur yang akan ditarik. Hasil perhitungan interpolasi ini adalah
posisi titik garis kontur yang melewati garis hubung antara 2 titik tinggi.
Posisi ini berupa jarak garis kontur terhadap posisi titik pertama atau kedua.
Titik hasil interpolasi tersebut kemudian kita hubungkan untuk membentuk garis
kontur yang kita inginkan. maka perlu dilakukan interpolasi linear untuk
mendapatkan titiktitik yang sama tinggi. Interpolasi linear bisa dilakukan
dengan cara : taksiran, hitungan dan grafis.
a.
Cara Taksiran (Visual)
Titik-titik dengan ketinggian yang sama secara visual diinterpolasi
dan diinterpretasikan langsung diantara titik-titik yang diketahui
ketinggiannya.
b.
Cara Hitungan (Numeris)
Cara ini pada dasarnya juga menggunakan dua titik yang diketahui
posisi dan ketinggiannya, hitungan interpolasinya dikerjakan secara numeris
(eksak) menggunakan perbandingan linear.
c.
Cara Grafis
Cara grafis dilakukan dengan bantuan garis-garis sejajar yang dibuat
pada kertas transparan (kalkir atau kodatrace). Garis-garis sejajar dibuat
dengan interval yang sama disesuaikan dengan tinggi garis kontur yang akan
dicari.
Tabel
2.1. Tabel Interval Kontur
II.3 Theodolith
II.3.1.Definisi Theodolith
Theodolite
atau theodolit adalah instrument / alat
yang dirancang untuk menentukan tinggi tanah pengukuran sudut yaitu sudut
mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan
dengan sudut vertical. Dimana sudut – sudut tersebut berperan dalam penentuan
jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan. Teodolit
merupakan salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut
mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon (
detik ).Dalam pekerjaan – pekerjaan ukur tanah, teodolit sering digunakan dalam
pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun pengamatan matahari. Teodolit juga
bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut vertikalnya dibuat 90°.
Dengan adanya teropong yang terdapat pada teodolit, maka teodolit bisa
dibidikkan ke segala arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan gedung, teodolit
sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan
pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan
bertingkat.
Theodolite merupakan alat yang paling
canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini
berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat
(piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga
memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang
pada piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal,
sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat
dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi. Teleskop pada theodolite
dilengkapi dengan garis vertikal, stadia tengah, stadia atas dan bawah,
sehingga efektif untuk digunakan dalam tacheometri, sehingga jarak dan tinggi
relatif dapat dihitung. Dengan pengukuran sudut yang demikian bagus, maka
ketepatan pengukuran yang diperoleh dapat mencapai 1 cm dalam 10 km. Pada saat
ini alat seperti alat theodolit sudah diperbaiki dengan menambahkan suatu
komponen elektronik. Komponen ini akan menembakkan beam ke objek yang
direfleksikan kembali ke mesin melalui cermin. Dengan menggunakan komponen alat
survey seperti alat theodolit tersebut pengukuran jarak dan tinggi relatif
hanya berlangsung beberapa detik saja. Bila komponen tersebut ditempatkan pada
bagian atas alat theodolite, maka disebut electronic distance measurers (edm),
namun bila merupakan satu unit tersendiri maka disebut automatic level atau
theodolite total station.
II.3.2.
Konstruksi Theodolith
Konstruksi instrument theodolite ini secara mendasar dibagimenjadi 3
bagian, lihat gambar di bawah ini :
Gambar
2.8. Konstruksi Theodolith
Keterangan :
- Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
- Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
- Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.
Gambar 2.9. Sistem Sumbu/ Poros pada
Theodolith
Syarat –
syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap dipergunakan
untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
1.
Sumbu ke I harus tegak lurus dengan
sumbu II / vertical ( dengan menyetel nivo tabung dan nivo kotaknya).
2.
Sumbu II harus tegak lurus Sumbu I
3.
Garis bidik harus tegak lurus dengan
sumbu II (Sumbu II harus mendatar).
4.
Tidak adanya salah indeks pada
lingkaran kesatu (kesalahan indek vertical sama dengan nol.)
5.
Apabila ada nivo teropong, garis
bidik harus sejajar dengan nivo teropong
6.
Garis jurusan nivo skala tegak,
harus sejajar dengan garis indeks skala tegak
7.
Garis jurusan nivo skala mendatar,
harus tegak lurus dengan sumbu II ( Garis bidik tegak lurus sumbu kedua /
mendatar).
Syarat
pertama harus dipenuhi setiap kali berdiri alat (bersifat dinamis), sedangkan
untuk syarat kedua sampai dengan syarat kelima bersifat statis dan pada
alat-alat baru dapat dihilangkan dengan merata-rata bacaan biasa dan luar
biasa.
II.3.3.
Macam-Macam Theodolith
Dari
konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite :
1.
Theodolite
Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat
lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan plat lingkaran nonius dan
tabung sumbu pada kiap. Sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis
ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.
Gambar
2. 10. Konstruksi Theodolith Reiterasi
2.
Theodolite
Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn
skala mendatar ditempatkan sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar
sendiri dengan tabung poros sebagai sumbu putar. Pada jenis ini terdapat sekrup
pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius.
Gambar
2.11. Konstruksi Theodolith Repetisi
3.
Theodolith
Elektro Optis
Dari konstruksi mekanis sistem susunan
lingkaran sudutnya antara theodolite optis dengan theodolite elektro optis
sama. Akan tetapi mikroskop pada pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan
system lensa dan prisma lagi, melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini
bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima gelombang elektromagnetis).
Hasil pertama system analogdan kemudian harus ditransfer ke system angka
digital. Proses penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD)
dalam angka decimal.
Gambar 2.11. Theodolith Elektro Optis
II.3.4.
Langkah-Langkah Pengoperasian Theodolith
Langkah-Langkah dalam pengoperasian
Theodolith, yaitu Penyiapan
Alat Theodolite, Cara kerja penyiapan alat theodolith antara lain :
1. Kendurkan sekrup pengunci
perpanjangan
2. Tinggikan setinggi dada
3. Kencangkan sekrup pengunci
perpanjangan
4. Buat kaki statif berbentuk segitiga
sama sisi
5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6. Atur kembali ketinggian statif
sehingga tribar plat mendatar
7. Letakkan theodolite di tribar plat
8. Kencangkan sekrup pengunci centering
ke theodolite
9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga
sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical dengan menggerakkan secara beraturan
sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
10. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga
sumbu kedua benar-benar mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup
pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
11. Posisikan theodolite dengan
mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri atau kekanan
sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.
12. Lakukan pengujian kedudukan garis
bidik dengan bantuan tanda T pada dinding.
13. Periksa kembali ketepatan nilai
index pada system skala lingkaran dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan
sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha index tersebut.
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
·
Theodolite manual =
(1)
·
Bak ukur =
(3)
·
Meteran 50 meter =
(2)
·
Patok =
(40)
·
GPS =
(1)
·
Kompas bidik =
(1)
·
Lembar tabel pengukuran =
(5)
·
ATK (inc. Spidol
permanen) =
(1 set)
·
Senter =
(1)
·
Kamera =
(1)
·
Payung =
(2)
B. Cara Kerja
(Pengukuran di Lapangan)
1. Menyediakan
alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mendirikan
tripot.
3. Memasang
theodolite pada tripot.
4. Menembak
titik pos ke bawah untuk mengetahui tripot telah sejajar dengan titik pos.
5. Mengatur
nivo alat dengan memutar 3 sekrup pengatur untuk mendatarkan alat.
6. Mencari
arah utara dengan kompas.
7. Mengutarakan
theodolite dengan memutar sekrup untuk membuat garis utaranya berhimpit.
8. Membuka
sekrup k2 untuk menyamakan utara theodolite dengan utara kompas.
9. Membuat
bancmark.
10. Melepas
sekrup k1, lalu cari titik pos atau detail.
11. Mengukur
benang atas, tengah dan bawah dengan cara menembak bak ukur.
12. Membaca
arah horizontal dengan cara membuat garis pembacaan horizontal berhimpit dengan
garis acuan, lalu baca derajat, menit dan detik.
13. Melakukan
cara yang sama untuk pembacaan vertikal.
14. Melakukan
pengukuran untuk detail pos.
15. Menembak
1 detail di BM, setelah itu tembak S1.
16. Dari
S1 menembak kembali ke BM.
17. Selain
itu, dari S1 juga menembak detail (minimal 4 detail).
18. Menembak
pos selanjutnya (S1 ke S2).
19. Pada
pos selanjutnya dilakukan penembakan ke belakang.
20. Menggambar
sketsa kasar pada setiap pengukuran.
21. Melakukan
pengolahan data di Microsoft Excel.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
X0 = 13301640,05
Y0 = 573586,6078
Z0 = 15
1. untuk BM ke DBM
Tinggi alat : 1,41 cm
·
V (Vertikal)
V = Derajat + Menit/60 + Detik/3600
V = 300 + 34/60 + 20/3600
= 300,5722222
·
Menghitung jarak optis (d)
d = (BA – BB) x 100 x Sin2 V
d = (2,45 – 2,15) x 100 x sin (300,5722222)2
d = 0,30 x 100 x 0,741301569
d = 22,23904708
·
Penentuan
posisi horizontal
a)
α = Sudut
horizontal
α = Derajat + Menit/60+
Detik/3600
α = 87 + 20/60 + 0/3600 = 87,33333333
b)
Menghitung koordinat X
= 22,23904708 sin
(87,33333333)
=
22,21496466
X
= X0 + ΔX
= 13301640,05 + 22,21496466
= 13301662,27
c.
Menghitung koordinat Y
ΔY
= d cos (α)
= 22,23904708 cos
(87,33333333)
= 1,034678608
Y
= Y0 + ΔY
= 573586,6078 + 1,034678608
·
Beda Tinggi
ΔZ = dm.cos z + ta – tt
ΔZ = [(BA – BB) x 100 x sinz]cos z + ta
– tt
ΔZ = [(BA – BB) x 100 x sinz]cos z + ta
– tt
ΔZ = ½ (BA – BB) x 100 sin 2z + i–
BT
ΔZ = (2,45-2,15) x 100 sin 2(300,5722222) + 1,41- 2.3
ΔZ = -14.0275872
Z = Z0 + ΔZ
= 15 + -14,0275872
= 0,972412801
2. dari BM ke S1
Tinggi alat : 1,41 cm
·
V (Vertikal)
V = 90 + 2/60 + 60/3600
= 90,05
·
Menghitung jarak optis (d)
d = (BA – BB) x 100 x Sin2 V
d = (2 – 1) x 100 sin (90,05)2
d = 99,99992385
·
Penentuan
posisi horizontal
a.
α = Sudut
horizontal
α =
60 + 2/60 + 40/3600
α
= 60.04444444
b.
Menghitung koordinat X
ΔX = d sin (α)
ΔX = 99,99992385 sin (60,04444444)
= 86.64123343
X = X0 + ΔX
= 13301640,05 +
86,64123343
= 13301726.69
c.
Menghitung koordinat Y
ΔY = d cos (α)
ΔY = 99,99992385 cos (60,04444444)
= 49.93276918
Y = Y0 + ΔY
= 573586,6078 +
49.93276918
= 573636.5406
·
Beda Tinggi
ΔZ = ½ (BA – BB) x 100 sin 2z + i–
BT
ΔZ = (2 - 1) x 100 sin 2(90,05) + 1,41- 1,5
ΔZ
= -1.587266418
Z
= Z0 + ΔZ
= 15 + -1,587266418
= 13,41273358
3. dari S1 ke BM
Tinggi alat : 1,4 cm
·
V (Vertikal)
V = 89 + 2/60 + 40/3600
= 89,96111111
·
Menghitung jarak optis (d)
d = (BA – BB) x 100 x Sin2 V
d = (2,08 – 0,92) x 100 sin (89,96111111)2
d = 115,9999466
·
Penentuan
posisi horizontal
α = Sudut horizontal
α = 245 + 14/60 + 0/3600
α = 245,2333333
Menghitung koordinat X
ΔX = d sin (α)
ΔX = 115,9999466 sin
(245,23333333)
= -105.3304283
X = X0 + ΔX
= 13301640,05 + 105.3304283
= 13301640,05
Menghitung koordinat Y
ΔY = d cos (α)
ΔY = 115,9999466 cos
(245,23333333)
= -48.59514862
Y = Y0 + ΔY
= 573586,6078 + -48.59514862
= 573586,6078
·
Beda Tinggi
ΔZ = ½ (BA – BB) x 100 sin 2z + i–
BT
ΔZ = (2,08 – 0,92) x 100 sin 2(89,96111111) + 1,4- 1,5
ΔZ
= -0,021266282
Z
= Z0 + ΔZ
= 15 + -0,021266282
= 14,97873372
4. Dari S1 ke D1
Tinggi alat : 1,4
·
V (Vertikal)
V = 91 + 30/60 + 20/3600
= 91,50555556
·
Menghitung jarak optis (d)
d = (BA – BB) x 100 x Sin2 V
d = (1,62 – 0,98) x 100 sin (91,50555556)2
d = 63,95581973
·
Penentuan
posisi horizontal
α = Sudut horizontal
α =
203 + 49/60 + 40/3600
α = 203,8277778
Menghitung koordinat X
ΔX = d sin (α)
ΔX = 63,95581973 sin (203,8277778)
= -25,83743703
X = X0 + ΔX
= 13301640,05 +
-25,83743703
= 13301700,86
Menghitung koordinat Y
ΔY = d cos (α)
ΔY = 63,95581973 cos (203,8277778)
= -58,50447611
Y = Y0 + ΔY
= 573586,6078 +
-58,50447611
= 573578,0361
·
Beda Tinggi
ΔZ = ½ (BA – BB) x 100 sin 2z + i– BT
ΔZ = (1,62 – 1,3) x 100 sin 2(91,50555556) + 1,4- 1,3
ΔZ
= -2,980947679
Z
= Z0 + ΔZ
= 15 + -2,980947679
= 12,01905232
5. dari S1 ke D2
Tinggi alat : 1,4 m
·
V (Vertikal)
V = 87 + 56/60 + 20/3600
= 87,93888889
·
Menghitung jarak optis (d)
d = (BA – BB) x 100 x Sin2 V
d = (2 – 1,4) x 100 sin (87,93888889)2
d = 59,92238933
·
Penentuan
posisi horizontal
α =
Sudut horizontal
α =
321 + 56/60 + 20/3600
α
= 321,93888889
Menghitung koordinat X
ΔX = d sin (α)
ΔX = 59,92238933 sin (321,93888889)
= -36,94224946
X = X0 + ΔX
= 13301640,05 +
-36,94224946
= 13301689,75
d.
Menghitung koordinat Y
ΔY = d cos (α)
ΔY = 59,92238933 cos (321,93888889)
= 47,18011178
Y = Y0 + ΔY
= 573586,6078 +
47,18011178
= 573683,7207
·
Beda Tinggi
ΔZ = ½ (BA – BB) x 100 sin 2z + i–
BT
ΔZ = (2 – 1,4) x 100 sin 2(87,93888889) + 1,4- 1,7
ΔZ
= 0,456528919
Z
= Z0 + ΔZ
= 15 + = 0,456528919
= 15,45652892
6. dari S1 ke D3
Tinggi alat : 1,4 m
·
V (Vertikal)
V = 91 + 26/60 + 20/3600
= 91,43888889
·
Menghitung jarak optis (d)
d = (BA – BB) x 100 x Sin2 V
d = (1,25 – 0,75) x 100 sin (91,43888889)2
d = 49,96847261
·
Penentuan
posisi horizontal
α = Sudut horizontal
α =
159 + 6/60 + 0/3600
α = 159,1
Menghitung koordinat X
ΔX = d sin (α)
ΔX = 49,96847261 sin (159,1)
= 17,82565295
X = X0 + ΔX
= 13301640,05 +
17,82565295
= 13301744,52
e.
Menghitung koordinat Y
ΔY = d cos (α)
ΔY = 49,96847261 cos (159,1)
= -46,68077069
Y = Y0 + ΔY
= 573586,6078 +
-46,68077069
= 573589,8598
·
Beda Tinggi
ΔZ = ½ (BA – BB) x 100 sin 2z + i–
BT
ΔZ = (1,25 – 0,75) x 100 sin 2(91,43888889) + 1,4 - 1
ΔZ
= -2,255139551
Z
= Z0 + ΔZ
= 15 + -2,255139551
= 12,74486045
7. dari S1 ke S2
Tinggi alat : 1,4 m
·
V (Vertikal)
V = 90 + 10/60 + 40/3600
= 90,17777778
·
Menghitung jarak optis (d)
d = (BA – BB) x 100 x Sin2 V
d = (1,77 – 0,69) x 100 sin (90,17777778)2
d = 107,9989602
·
Penentuan
posisi horizontal
α = Sudut horizontal
α =
78 + 44/60 + 20/3600
α = 78,73888889
Menghitung koordinat X
ΔX = d sin (α)
ΔX = 107,9989602 sin (78,73888889)
= 105,9197026
X = X0 + ΔX
= 13301640,05 +
105,9197026
= 13301832,61
f.
Menghitung koordinat Y
ΔY = d cos (α)
ΔY = 107,9989602 cos (78,73888889)
= 21,09009286
Y = Y0 + ΔY
= 573586,6078 +
21,09009286
= 573657,6307
·
Beda Tinggi
ΔZ = ½ (BA – BB) x 100 sin 2z + i–
BT
ΔZ = (1,77 – 0,69) x 100 sin 2(90,17777778) + 1,4 - 1,23
ΔZ
= -1,565101066
Z
= Z0 + ΔZ
= 15 + -1,565101066
= 13,43489893
Lakukan pengolahan data seperti tersebut diatas sampai pada S19
IV.1.2. hasil nilai Plot X,Y,Z
IV.1.3. Hasil Plot Surfer
IV.2 Pembahasan
Dalam praktikum lapangan perpepataan kita
memperoleh data nilai koordinat, jarak ke stasiun dan ke detail, tinggi alat,
nilai benang atas ,benang bawah ,benang tengah, nilai horizontal dan nilai
vertikal. Kemudian nilai tersebut diolah untuk mendapatkan nilai X, Y, Z. Dari
hasil pengolahan tersebut diperoleh nilai X dengan interval dari 13301640-13302150,
nilai Y dengan interval 573466-574268, dan nilai Z (elevasi) memiliki interval
dari 0,97 m-19,69 m
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Pengukuran
jarak pada polygon tertutup ditandai dengan bertemunya titik penembakan
terakhir dengan titik penembakan pertama. Angka koreksi tiap-tiap sudut
menunjukkan akurat atau tidaknya suatu pemetaan wilayah.
2. Data
koordinat yang telah diolah ke dalam program Autodesk Land Desktop akan
membentuk sebuah peta kontur dan dilengkapi dengan elevasi.
V.2 Saran
1. Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat,
pengutaraan dan kalibrasi.
2. Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan,
keadaan cuaca yang cerah.
3. Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang
mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
Bayu Wardana.www.academia.edu/4778272/Theodolite (diakses pada
tanggal 16 Desember 2014 pada pukul 17.45 WITA)
Hendrik. 2012. Cara Menggunakan Theodolith. http://hendrikotsp.blogspot.com/2012/12/cara-menggunakanmengoperasikan.html. (diakses pada tanggal 16 Desember 2014 pada
pukul 17.34 WITA).
Kraak, M.J. & Omerling, F.J. (1996). Cartography –
Visualization of spasial data. London.
Yuwono (2000). Kartograi Dasar. Program Studi Teknik Geodesi
FTSP-ITS Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar