#ANALISIS
LIME SATURATION FACTOR MENGGUNAKAN
METODE X-RAY FLOURSENCE DAN GAMMA RAY
HENA
SURI INTAN PERTIWI
H22113007
PROGRAM
STUDI GEOFISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
2016
Kata
Pengantar
Dengan mengucapkan
syukur lhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat
dan karunianya kepada saya selaku penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan
hasil pelaksanaan Kerja Praktik (KP).
Penyusunan laporan
Praktik Kerja Industri ini adalah salah satu syarat mata kuliah Semester Tujuh
tahun pelajaran 2016/2017 dan laporan ini juga sebagai bukti bahwa saya selaku
penulis telah melaksanakan dan menyelesaikan Kerja Praktik di PT Semen Bosowa
Maros.
Laporan ini dibuat dan
diselesaikan dengan adanya bantuan dari pihak pebimbing, materi maupun teknis,
oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1 Dr.Muh. Altin Massinai, MT.Surv. , selaku Kepala
Program Studi Geofisika
2 Bapak Kamaruddin. ,
selaku Pembimbing Kerja Praktik PT. Semen Bosowa Maros
3 Bapak Juhaepa Paddupa
, Selaku Penannggujawab Lapangan PT. Semen Bosowa Maros
Penyusun menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan-kekurangan dari segi kualitas atau kuantitas maupun dari ilmu
pengetahuan yang penyusun kuasai. Oleh karena itu saya selaku penulis mohon
keritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan pembuatan
laporan atau karya tulis dimasa mendatang.
Atas perhatian dan
waktunya saya ucapkan terimakasih.
Makassar
12 Januari 2017
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Selama
tahun 2011 yang lalu, konsumsi semen Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan
yang begitu signifikan sebesar 18% apabila dibandingkan dengan tahun 2010
dengan jumlah volume mencapai 48,0 juta ton. Angka tersebut adalah pencapaian
sekitar 82% dari total kapasitas terpasang yang ada saat ini. Seperti diketahui
bahwa kapasitas terpasang untuk industri semen hingga saat ini adalah 56 juta
ton dari 9 pabrik.
Jika
kita melihat perjalanan industri semen selama 15 tahun terakhir seperti pada
grafik, terlihat bahwa pertumbuhan pada tahun 2011 merupakan tingkat
pertumbuhan yang tertinggi, di bawah pencapaian tertinggi sebelumnya pernah
dicapai yaitu pada tahun 2000 yaitu sebesar 18,7% setelah sebelumnya didera
krisis ekonomi sejak tahun 1998 hingga 1999. Sedangkan titik terendah dari
pertumbuhan industri semen adalah pada tahun 1998 dengan prosentase hanya
sebesar -30,5%. Jika dirata-ratakan angka prosentase pertumbuhannya selama 10
tahun tersebut adalah sekitar 6,5% bahkan bila dihitung sejak 20 tahun terakhir
angka rata-rata pertumbuhan masih sekitar 6,4%. Dengan dimulainya beberapa
proyek infrastruktur secara besar-besaran dan dalam waktu yang bersamaan pada
pertengahan tahun 2011 menyebabkan permintaan semen meningkat begitu tajam.
Pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2011 terjadi di wilayah Jawa dengan tingkat pertumbuhan
sebesar 21%. Hal ini terjadi karena fokus dari pembangunan masih berpusat di
Jawa terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, seperti pembangunan
beberapa ruas jalan tol yang, properti, serta perumahan yang terus semakin
marak. Di beberapa wilayah lainnya juga mengalami pertumbuhan yang cukup
tinggi, seperti di Sumatera 14%, Kalimantan 17%, Sulawesi 16%, serta Bali-Nusa
Tenggara 19%. Sementara itu untuk wilayah yang masih mengalami penurunan hanya
terjadi di Papua yaitu sekitar 29%, hal disebabkan karena masih sering
terkendalanya angkutan semen ke beberapa pasar yang ada di sana akibat dari
kurangnya sarana dan prasarana transportasi baik darat maupun laut, sehingga
distribusi semen sering terhambat.
Berdasarkan
beberapa data serta informasi yang ada, tidak menutup kemungkinan bahwa pada
tahun 2012 ini yang baru berjalan beberapa hari, pertumbuhan semen masih akan
mengalami peningkatan walaupun tidak sebesar peningkatan tahun 2011. Dengan melihat
serta mencermati berbagai indikator yang menyebabkan penguatan permintaan semen
masih terus berlangsung, salah satunya adalah program MP3EI yang dicanangkan
oleh Pemerintah dengan percepatan pembangunan infrastrukturnya, maka sangat
dimungkinkan bahwa pertumbuhan antara 8% hingga 10% masih dapat tercapai pada
tahun 2012 ini dengan kesiapan dan kemampuan dari industri semen di Indonesia
untuk mendukung program tersebut.
Pada
2012, volume penjualan semen bisa meningkat menjadi 52 juta ton dari 48 juta ton
pada tahun sebelumnya atau kenaikan sekitar 10% meskipun akan dipengaruhi oleh
dampak krisis ekonomi di Eropa, yang mana krisis di kawasan euro itu bisa
mempengaruhi aras investasi yang berhubungan erat dengan proyek properti dan
infrastruktur. Namun, ancaman krisis tersebut bisa dikompensasi oleh kenaikan
konsumsi semen yang didorong oleh proyek masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3E1)
Dirjen
Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto juga
memperkirakan penjualan semen pada 2012 bisa meningkat setara dengan
pertumbuhan ekonomi. "Kalau pertumbuhan ekonomi 6,7%, seharusnya konsumsi
semen bisa sampai 10%, bergantung pada sektor mana yang didorong,"
ujarnya.
Kenaikan
permintaan semen, akan dipacu oleh peningkatan kapasitas produksi industri
semen nasional seiring dengan realisasi investasi pembangunan pabrik baru. Pada
2012, PT Semen Tonasa dan PT Semen Gresik akan, menambah kapasitas produksi,
sementara pabrik milik PT Lafarge Indonesia di Aceh diperkirakan segera
beroperasi penuh. PT Cemindo Gemilang (Semen Merah Putih) sebagai pendatang
baru di industri semen juga turut meramaikan pasar nasional dengan membangun
empat pabriknya di Indonesia. Selain itu, akan ada penambahan kapasitas melalui
investasi badan usaha milik negara dari China, yakni China Anhui Conch Company
Ltd, di Kalimantan Selatan yang saat inimasih terkendala masalah lahan. Grup
Semen Gresik juga dikabarkan akan membangun pabrik semen di Kalimantan Timur
pada 2012.
Data
Kemenperin menunjukkan kapasitas terpasang sembilan perusahaan semen domestik
pada 2012 mencapai 56,8 juta ton. Semen Gresik Grup, yang terdiri dari PT Semen
Gresik, PT Semen Tonasa dan PT Semen Padang, merupakan produsen terbesar dengan
kapasitas terpasang 26,1 juta ton per tahun. Dua produsen besar lain adalah PT
Indocement Tunggal Perkasa Tbk yang berkapasitas produksi 21,1 juta ton per
tahun dan PT Holcim Indonesia Tbk yang mampu memproduksi hingga 8,7 juta ton
per tahun.
Proyeksi Kebutuhan
Pabrik Semen
Sebagai
komoditas strategis, semen sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok pembangunan
manusia modern, sehingga menjadi sesuatu yang mutlak. Namun belakangan muncul
kekhawatiran kelangkaan pada tahun-tahun mendatang. Saat ini kapasitas produksi
terpasang industri semen nasional sekitar 60,6 juta ton per tahun, dengan
tingkat konsumsi 53 juta ton. Masih surplus, namun dengan tingkat pertumbuhan
konsumsi sekitar 6% persen per tahun, dan peningkatan pembangunan
infrastruktur, prediksi ada kelangkaan pada 5 tahun mendatang masing dapat
diatasi.
Kosentrasi
pembangunan infrastruktur di luar Jawa dan pemberian kewenangan pengelolaan
keuangan dari pemerintah pusat ke daerah yang diharapkan meningkat permintaan
semen belum terjadi. Konsumsi semen di Kalimantan mencapai 17%, Sumatera 14%
dan Jawa tetap tertinggi dengan kenaikan 21% pada tahun 2012 dibanding tahun
sebelumnya. Bisa saja kekekurangan stok diimpor dari China, namun para pemilik
modal dan elite pemerintah lebih memilih membangun pabrik sebagai solusi,
kendati memiliki risiko sosial-lingkungan yang tinggi dan membutuhkan investasi
besar.
Dengan
masa konstruksi pembangunan pabrik semen sekitar 3-4 tahun, tentu tidak bisa
lagi menunda pembangunan pabrik baru. Padahal penambahan kapasitas sekitar 2,5
juta ton per pabrik membutuhkan dana 275 juta-325 juta dolar AS (sekitar Rp
2,925 triliun). Produsen terbesar Semen gresik Grup akan memiliki kapasitas
produksi 26 juta ton tahun 2012 dengan penambahan kapasitas produksi 5juta
pertahun akan tetap berusaha mempertahankan pangsanya yang lebih dari 40%
(peringkat pertama). Sedangkan Indocement pada peringkat kedua dengan pangsa
pasar 32% pada tahun 2011 juga akan melakukan ekpansi baik dengan cara renovasi
maupun.dengan menambah unit–nit produksinya dan pada tahun 2014 kapasitasnya
akan mencapai 23,1 juta ton/tahun.
Ada
4 faktor utama yang menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi semen domestik yaitu
pertumbuhan ekonomi nasional yang masih cukup baik, tingkat bunga yang menarik,
pembangunan infrastruktur secara besar-besaran, dan tingkat konsumsi per kapita
yang masih sangat rendah yang secara potensiil akan meningkatkan kebutuhan
semen dengan meningkatnya daya beli.
Selama ini pangsa
pasar semen curah hanya sekitar 20% saja, sedangkan 80% sisanya masih dipegang
oleh semen dalam kantong. Ini memperlihatkan bahwa pemakaian semen untuk rumah
tinggal yang dibeli eceran masih sangat dominan. Dengan adanya Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang akan lebih
mendorong pembangunan infrastruktur dan karenanya peningkatan kebutuhan semen
untuk proyek-proyek infrastruktur akan mengubah pangsa pasar semen curah
menjadi lebih membesar
Selain
itu sampai saat ini konsumsi semen Indonesia masih pada peringkat rendah
dibandingkan negara-negara lain di dunia karenanya potensi peningkatan konsumsi
semen nasional masih sangat besar. Grafik di bawah memperlihatkan posisi
konsumsi semen per kapita Indonesia dibanding negara lain pada tahun 2010.
Dengan target pendapatan per kapita US$ di atas 14,000 pada tahun 2025 dari US$
3,000 pada tahun 2011 sesuai Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) akan memungkinkan potensi ini direalisir secara
maksimal.
Konsumsi
semen per kapita Indonesia terus tumbuh dari tahun dari tahun 2001 sampai tahun
2011 kecuali pada saat krisis ekonomi yang melanda Asia tahun 1998-1999. Dan
baru kembali pada posisi tahun 1997 setelah 7 tahun berikutnya. Target PDB di
atas US$ 4,0 triliun pada tahun 2025 dari US$ 700 miliar pada tahun 2010 yang
disebut dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) akan lebih mendorong pertumbuhan konsumsi semen nasional.
Pertumbuhan konsumsi
semen Indonesia yang berjalan paralel dengan pertumbuhan ekonomi akan terus
berlanjut apalagi mengingat target pertumbuhan ekonomi 6,4 – 7,5 % pada
periode 2011 – 2014 dan 8 - 9% pada periode 2015 – 2025 sesuai dengan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang
dicanangkan Pemerintah SBY
Pembangunan jalan tol
tahun 2010-2014 sepanjang 1.334 km yang membutuhkan anggaran US Dollar
15,2 juta saja akan membutuhkan semen 4 juta ton selama periode tersebut
seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Dengan asumsi-asumsi
yang disebut di atas maka Internal Resarch PTSG membuat prediksi kebutuhan
semen dengan tiga skenario. Skenario optimis dengan pertumbuhan konsumsi semen
7,0% per tahun, skenario moderat dengan pertumbuhan konsumsi semen 6,5% per
tahun, dan skenario pesimis dengan pertumbuhan konsumsi semen 5,5% per tahun.
Grafik di bawah memperlihatkan
sampai tahun 2015 kapasitas produksi semen nasional akan mencapai 75 juta ton
pertahun sedangkan dengan pertumbuhan 6% per tahun kecuali tahun 2012 yang
diperkirakan 10%, maka konsumsi semen baru akan mencapai 63 juta ditambah
ekspor sebanyak 4juta ton maka utilisasi kapasitas produksi akan mencapai 89%.
Ini belum memperhitungkan pemain-pemain baru yang bekerja sama dengan china
untuk membangun pabri-pabrik semen baru.
KAPASITAS PRODUKSI
vs KONSUMSI SEMEN 2000-2015
Krisis
Moneter pada tahun 1997-1998 telah mendorong peningkatan ekspor secara dramatis
dari 0,8 juta ton tahun 1997 menjadi 4,4 juta ton tahun 1998 karena konsumsi
domestik yang turun 30%. Bahkan tahun berikutnya meningkat lebih dari 2 X lipat
menjadi 9 juta. Angka ekspor tertinggi tercapai pada tahun 2001 sejumlah 9,5
juta ton, menjadikan Indonesia pengekspor terbesar kedua di dunia sesudah
Thailand. Ekspor semen/klinker Indonesia menunjukkan tren yang menurun, sejak
konsumsi semen domestik mengalami peningkatan yang terus menerus,sampai hanya
berjumlah 1,2 juta pada tahun 2011. Peningkatan kapasitas produksi untuk 5
tahun mendatang tidak menunjukkan surplus produksi yang berarti dan karenanya
ekspor semen/klinker tidak akan meningkat dengan tajam. Apalagi mengingat harga
semen/klinker ekspor yang hanya separoh harga di dalam negeri.
I.2 Tujuan kerja
Praktek
Adapun tujuan yang hendak dicapai
dalam pelaksanaan kerja praktek (KP) pada Program studi Geofisika Universias
Hasanuddin adalah sebagai berikut
1. Kerja Praktek (KP)
merupakan upaya untuk mempersiapkan alumni program studi geofisika agar
memiliki wawasan dan pengalaman kerja di instasi atau perusahaan dalam
memperiapkan diri memasuki dunia kerja.
2. Menambah
pengetahuan dalam meningkatkan kreativitas mahasiswa khususnya dalam melaksanakan
pekerjaan baik di lapangan dan di laboratorium.
3. Melatih dan
meningkatkan kemandirian , kedisipliinan, taggungjawab dan sikap, serta prilaku
yang harus dimiliki oleh seorang sarjana apabila terjun ke masyarakat.
4. memperluas proses
penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yag baru di lagan baru eke dalam
Universitas atau sebaliknya.
5. Memenuhi
persyaratan dalam penyelesaian salah satu mata kuliah di Program studi
Geofisika Universitas Hasanuddin.
1.3 Tempat dan Waktu
pelaksanaan kerja praktek
Kerja
praktek yang kami laksanakan pada :
Tanggal :
05 Desember 2016 – 05 Januari 2017
Tempat :
PT. Semen Bosowa Maros
Desa Baruga, Kec. Bantimurung, Kab. Maros,
Sulawesi Selatan
1.4 Metodologi Kerja
Praktek
Karena laporan kerja praktek ini merupakan
suatu studi penulisan, maka penulis mencari dan mengumpulakan bahan dan data
yang diperlukan dengan meode sebagai berikut,
1. Metode Observasi,
dengan mendakan pengamatan langsung terhadap proses pengoprasian dan system
yang ada pada PT.Semenn Bosowa Maros.
2. Metode Wawancara
dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara
atau diskusi dengan narasumber yang memiliki pengetahuan mengenai pegoprasian
dan system yang ada di PT. Semen Bosowa Maros.
3.Metode partisipasi,
mengumpulkan data dengan cara melibatkan diri secara langsung di perusahaan
terutama yang berhubugan dengan program studi geofisika.
4. Metode Studi
literatur dengan cara megumpulkan data berdasarkan buku pedukung yang telah
tersedia di perusahaan maupun kampus.
BAB II
GAMBARAN
UMUM PERUSAHAAN
II.1
SEJARAH PT. SEMEN BOSOWA MAROS
PT.Semen Bosowa Maros adalah
perusahaa yang bergerak dalam bidang pembuatan atau produksi semen yang
didirikan dengan AKTA No. 29 Januari 1991 dari Notaris Ny. Mestariany Habie,
S.H. , Notaris Makassar. Anggaran Dasar Perusahaan mengalami perubahan terakhir sesuai dengan berita acara rapat
yang diataka dengan nomor 3 dari Uus Sumirat, S.H, tanggal 15 Desmber 2005
tentang peningkatan Modal Dasar Perusahaan. Perubahan Anggaran dasar ini telah
mendaapat pengesahan dari Menteri hokum dan HAM Republik Indonesia Nomor
C-06418.HT.01.04.TH.2006 tanggal 07 maret 2006
PT. Semen Bosowa Maros merupakan
salah satu anak perusahaa dari Bosowa Investama yang didirikan oleh H.M. Aksa
Mahmud pada tanggal 06 April 1978. Latar belakang pemilihan nama Bosowa berasal
dari singkatan Bone, Soppeng dan Wajo didasarkan pada latar belakng kerajaan
Bugis yang dikenal dengan nama “Telle Poccoe”atau biasa dikenal dengan tiga
serangkai.
Dalam sejarahnya ketiga kerajaan tersebut
mempunyai ciri dan kareakteristik yang berbed, yaitu;
1.
Kerajaan Bone yang terkenal engan system pemerintahaannya yang bagus.
2.
Kerajaan Soppeng yang terkenal dengan hasil pertaniannya yag mlimpah.
3.
Kerajaan Wajo dengan masyarakat yang memiliki Jiwa bisnis yang tinggi.
Dengan demikian diharapkan nama
Bosowa dapat mencerminka Keunggulan yang dimiliki oleh ketiga kerajaan tersebut
yang dilambangkan dengan nama Bosowa.
Kebijaan pendirian
pabrik didasarkan pada permintaan kebutuhan semen yang semakin mengkat,
khususnya di kawasan Indonesia bagian timur dan dunia pada umumnya. Bosowa grup
bermaksud berpartisipasi dalam membangun industry regional dan Nasional dengan
membangun semen baru yang didukung dengan areal dan bahan baku yang memadai.
Pabrik semen bosowa Maros memainkan
peran penting dalam program pembanguanan sumber daya dan manusia di Provinsi
Sulawesi Selatan. Investasi untuk proyek ini telah dilakukan sejak tahun 1990.
Pabrik semen baru terletak di daerah Tukumasea, Desa Baruga, Kecamatan
Bantimurung. Kecamatan bantimurung yaitu 45 km dari Makassar dan 10 Km dari
Kota maros. Areal Konsensi ini meliuti 1000 Ha untuk bahan baku 60 Ha unuk
lokasi pabrik dan 40 kn untuk perumahan.
Pada
tahun Dekade 1980an ditandai oleh perkembangan Bosowa menjadi distributor
otomotif terkemuka di kawasan Indonesia Bagian Timur, serta awal dari
perkembangan kelompok usaha Bosowa. Tahun 1990an Bosowa berkembang ke arah
manufaktur dengan pendirian Pabrik Semen Bosowa Maros, termasuk mengamankan
jalur distribusi dengan mendirikan usaha jasa perdagangan dan transportasi
melalui PT Bosowa Trading International, PT Bosowa Lloyd dan PT Mallomo
Transporindo. Sejak tahun 2000 kelompok usaha Bosowa terus mengembangkan sayap
bisnisnya, antara lain dengan pendirian Pabrik Semen Bosowa Batam memasuki
sektor usaha pengembangan dan pengelolaan infrastruktur.Tahun 2006 ditandai
oleh pergantian tampuk pimpinan Bosowa Corporation dari generasi pendiri, H.
Aksa Mahmud, ke generasi penerus, H. Erwin Aksa, sebagai Chief Executive
Officer; sekaligus pencanangan program transformasi menuju Bosowa Excellence.
Pada
tahun 2007 Bosowa Corporation mengemban misi baru, yaitu “Menjadi Berkat bagi
Masyarakat Indonesia dengan Semangat Kepeloporan Indonesia Timur.” Pada tahun
ini juga, Bosowa Agro Industries memasuki bisnis usaha kelapa sawit dengan
pengembangan lahan di Sulawesi Selatan.Pada 2008 PT Bosowa Energi memperoleh
fasilitas kredit perbankan sebesar US$50 juta untuk pembangunan pembangkit
listrik tenaga batubara berkapasitas 2 x 125 MW di Jeneponto, Sulawesi Selatan.
PENDIRI
Bosowa
Corporation didirikan oleh HM Aksa Mahmud, dengan semangat muda dan dorongan
energinya yang pada tahun 1970an melandasi arah perusahaan untuk berkembang
menjadi kelompok usaha terbesar yang berasal dari kawasan Indonesia Timur.
Didasari oleh jiwa kelautan dan kekuatan suku Bugis – yang mengarungi laut
sampai Madagaskar dan Australia dengan kapal Phinisi – Bosowa ditakdirkan untuk
maju dan tumbuh menjadi besar.
CEO
Pucuk
pimpinan dialihkan kepada H Erwin Aksa pada tahun 2006. Sebagai CEO dengan
latar belakang pendidikan ekonomi dari Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat,
Bosowa Corporation mengalami perubahan signifikan dengan menekankan
professionalisme, efisiensi dan target hasil yang terarah serta perencanaan
jangka panjang yang matang dengan mencanangkan periode tahun 2015 sebagai era
‘lepas landas’ menuju Bosowa Excellence.
B.
Filosofi Bosowa Corporation.
Bekerja
keras, artinya berfikir secara efisien dan efektif, bekerja dengan penuh
tanggung jawab, inovatif, kreatif, mandiri serta berorientasi pada kualitas
kerja yang prima.Belajar terus, artinya selalu meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan wawasannya. Sadar akan tuntutan profesionalisme, tanggap akan
perubahan serta mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan.Berdoa, artinya
selalu memohon perlindungan dan berkah dari Allah, Tuhan YME, selalu mensyukuri
nikmat-Nya, bekerja diyakini sebagai ibadah, selalu optimis melihat persaingan
hidup kerena yakin rahmat Allah ada di mana-mana.Awal Mula Bosowa
Corporation.Kelompok usaha Bosowa berawal dari didirikannya CV Moneter, sebuah
perusahaan yang bergerak dalam usaha perdagangan pada tanggal 22 Februari 1973.
Nama “Bosowa” berasal dari akronim Bone, Sopeng, dan Wajo, tiga kerajaan di
tanah Bugis masa lalu yang terletak di teluk Bone di pantai timur Sulawesi
Selatan, Soppeng di dataran tinggi, dan Wajo di sekitar danau Tempe. Pendiri
H.M. Aksa Mahmud, melandasi arah perusahaan untuk berkembang menjadi kelompok
usaha terbesar yang berasal dari kawasan Indonesia Timur. Didasari oleh jiwa
kelautan dan kekuatan suku Bugis – yang mengarungi laut sampai pantai Australia
dan Madagaskar dengan kapal Phinisi – Bosowa ditakdirkan untuk tumbuh menjadi
besar.
Pengembangan
bosowa tidak hanya pada produksi semen, tetapi juga pada beberapa sektor yaitu
:
Visi
semen bosowa Maros yang tambah dan berkembang di era reformasi, dengan dinamis
menyongsong era. Pendapatan PT.Semen Bosowa Maros 120 miliar/bln, pembayaran
listrik 20 miliar/bln, dan kami memproduksi semen sebanyak 250 ton/jam.
Nama
semen portland pertama kali dipatenkan oleh “Joseph Aspidin”. Semen adalah
bahan yang mempunyai sifat adhesive dan kohesive yang digunakan sebagai bahan
pengikat yang dipakai bersama-sama anggreate.
Jenis-jenis
semen :
1. Semen portland
2. Semen campur
3. Semen putih
4. Oil well cement
5. High alumina cement
6. Semen anti bakteri
7. Water proo
II.2 Vertical Cement Mill (VCM)
Vertical cement Mill merupakan unit
kedua dari finish mill milik PT. Semen Bosowa Maros yang beroperasi sejak
Desember 2013, finish mill merupan proses akhir dari pembuatan semen yaitu
proses penggilingan klinker, gypsum, limestone, dan bahan pozzolanic
(andesit/marl stone, trass, dan fly ash) tergantug jenis semen yang akan
diproduksi (OPC, PCC, atau PPC).
Equiment vertical cement mill dan vertical raw mill
memiliki kontruksi dan fungsi yang hampir sama yaitu mengubah raw material yang
kasar menjadi produk. Raw maetrial pada
Raw Mill yaitu Limestone, clay dan
additive (berupa pasir silica, ironone/cooper slag) yang kemudian digiling,
sehingga menghasilkan produk yang disebut Raw Meal untuk kiln feed, sedangkan
Raw Material pada Vertical Cement Mill yaitu Clinker, Gypsum, Limestone dan
additive (berupa pasir silica, ironone/cooper slag) kemudian digiling dan
menghasilkan produk berupa semen.
II.2.1
Prinsip Kerja Vertical Cement Mill
1.
Raw material diumpankan ke tengah table yang berputar karena adanya gaya
sentripugal sehigga material bergerak dari tengah ke pinggir table.
2.
Material digiing diantara roller dan
grinding table sewaktu material tersebat bergerak dari tengah table kea rah
dumpring.
3.
Secara bersamaan gas panas dimasukkan melalui
nozzle dari bawah nozzle ring dari bawah dan dihisap oleh fan dari atas.
4.
material halus terhisap keatas dan dipisahkan oleh separator sehingga menjadi
produk, sedangkan material yang masih
kasar akan tersirkulasi dan digiling kembali oleh roller table.
5.
Produk yang telah melewati separator akan menuju bag filter untuk memisahkan produk dengan udara.
II.3 Lokasi Perusahaan
PT. Semen Bosowa Maros berada di Desa Baruga Kecamatan Bantimurung,
Kabupaten Maros , Provinsi Sulawesi Selatan dan berkantor pusat di jalan
Jendral Sudirman (Menara Bosowa) Makassar Sulawesi Selatan
Lokasi Perusahaan seluas kurang
lebih 1100 Ha dengan luas daerah tambang kurag lebih 1000 Ha, luas daerah
pabrik kurang lebih 60 Ha, perumahan karyawan kurang lebih 40 Ha.
Untuk mendirikn suatu pabrik dengan
lokasi perusahaan mejadi factor yang sangat penting kelangsungan dan
keberhasilan perusahaan tersebut. Adapun pemilihan lokasi PT. Semen Bosowa
Maros berdasarkan pada perimbangan sebagai berikut
1.
Sumber bahan baku
Tersedianya bahan baku yang cukup
memadai di sekitar lokasi pabrik, misalya;
a.
Batu Kapur (limestone) diambil dari Desa Baruga Maros
b.
Tanah liat (Clay) diambil dari Desa Baruga Maros
c.
Pasir silica diambil dari Mallawa Kabupaten Maros
d.
Trass diambil dari kabupaten Barru
e.
Pasir besi (Iron One) diambil dari
Cilacap Jawa Tengah
f.
Batu bara diambil dari PT. Adaro
Banjarmasin, Kalimantan
g.
Gypsum diambil dari hasil sampingan produksi pupuk Petro Kimia Gresik
2.
Fasilitas Transportasi
Transportasi merupakan factor
penting karena sebagai sarana utnuk megangku dan memindahkan bahan baku maupun
bahan jadi ke tempat tujuan. Sarana transportasi dilakukan melalui angkutan
darat dan angkutan laut yang dikelola oleh PT. Mallomo.
3.
Target pemasaran
Kawasan Indonesia Timur khususnya
Sulawesi Selatan merupakan daerah pemasaran yang sangat potensial mengingat
sedang menggiatnya pembangunan secara fisik.
4.
Ketersediaan Air, Bahan Bakar dan Listrik
Kecamatan Bantimurung merupakan
daerah dengan potensial air tanah yang cukup memadai sehingga kebutuhan air
bersih mudah diperoleh selain itu di dalam lingkungan pabrik sendiri terdapat
danau buatan guna menampng air hujan dan air tanah. Tenaga listrik didapatkaan
langsung dari PLN seedangkan untuk bahan bakar minyak diperoleh dari pertamina
UPPDN IV.
II.4 Struktur Organisasi Perusahaan
dalam
suatu perusahaan yang terdiri dari brerbagai defisi struktur organisasi tentunya memegang peranan yang penting.
Karena dengan adanya struktur organisasi yang baik maka setiap devisi atau
departemen akan mampu betanggungjawab terhadap visi dan misi perusahaan. Selain
itu strukur organisasi juga berfungsi sebagai alat control terhadap pelaku
organisasi tersebut. Adapun struktur organisasi PT. Semen Bosowa Maros dapat
dilihat pada lampiran.
II.5 Sarana Laboratorium
Untuk menunjang produksi yang telah
barmutu dan mampu barsaig di pasaran, PT. Semen Bosowa Maros memiliki sarana
pengawasan dan pegedalian mutu yang laboratorium. Laboratorium ini digunakan
untuk memeriksa dan menganalissa sifat fisika dan kimia dari bahan baku, produk
setengah jadi dan produk akhir.
Beberapa laboratorium yang ada di
PT.Semen Bosowa Maros terbagi menjadi:
II.5.1
Laboratorium Proses
Laboratorium ini bertugas untuk menganalisa
sampel dari proses produksi mulai bahan baku dan produk seengah jadi serta
produk akhir. Laboratorium ini memiliki 2 unit kerja, yaitu:
II.5.1.1
Laboraorium Shift
Laboratorium shift merupakan bagian
dari laboratorium proses di PT. Semen Bosowa Maros yang beroperasi selama 24
jam yang dibagi menjadi 3 shift. Sampel yang dianalisa pada laboratorim ini
adalah Raw Meal, kiln feed, coal, klinker dan semen. Laboratorium ini digunakan
untuk menganalisa clay, pasir silica
yang akan dianalisa lebih lanjut di laboratorium X-Ray.
Adapun analisa yang dilakukan antara
lain,yaitu:
a.
Penetapan residu 45µ untuk semen, 90µ untuk raw meal, kiln feed dan coal.
b.
Penetapan liter weight untuk sampel klnker
c.
Penetapan blaine unuk sampel semen
d.
Penetapan sampel free lime untuk sampel semen dank linker.
II.5.1.2
Laboratorium X-ray/ Gamma ray
Pada dasarnya laboratorium ini sama
dengan laboratorium kimia, hanya saja di laboratorium ini sampel dianalisa
menggunakan instrument yang memanfaatkan radiasi sinar X sehingga hasilnya jauh
lebih cepat dan akurat. Untuk pembacaan gamma ray alat membaca setiap 2 menit
sekali, dengan memancarkan neutron log ke metrial, sedagkan pada analisa X-ray
Pembacaannya dilakukan setiap 1 jam sekali. Adapun sampel yang di analisa
menggunakan X-ray adalah raw mill, kiln feed, klinker, semen, pasir silica ,
bau kapur, tanah liat dan sampel composit. Sedangkan pada analisa gamma ray
sampel yang digunakan adalah Raw mill dan cement mill.
II.5.2
Laboratorium Fisika
Laboratorium ini berugas menganalisa
sifat fisika sampel semen yang telah dikomposit dari laboratorium shift. Adapun
jenis sampelnya dibedakan menjadi semen griding OPC dan PCC, Bag OPC dan PCC,
jumbo dan curah.
Adapun analisa yang dilakukan
dilakukan antara lain:
a.
Analisa Normal Consistency
b.
Analisa waktu pengikatan
c.
Analisa pengikatan semen
d.
Analisa pemuaian
e.
Analisa kuat tekan
f.
Analisa Panas hidrasi
g.
Analisa blaine dan residu 45µ
h.
Analisa kandungan udara
II.5.3
Laboratorium Kimia
Laboratorium ini bertugas
menganalisa sifat kimia sampel secara kualitaif. Sempel yang dianalisa yaitu
kiln feed, klinker, semen yang telah
dikomposit, batu bara, gypsum, pasir besi, dan tanah liat. Hasil analisa dari
laboratorium ini digunakan sebagai referensi atau pembanding hasil analisa
laboratorium x-Ray/gamma ray
Adapun
analisa yang dilakukan di laboratorium ini antara lain:
a.
penetapan bagian tak larut
b.
Analisa Hilang Pijar
c.
Analisa kandungan mineral besi (III) oksida (Fe2O3), belerang (SO3), magnesium
oksida (MgO2), ammonium hidroksida.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi Semen
Dalam perkembangan peradaba manusia
khususnya dalam hal bagunan, sudah menunjukan fungsi semen sejak digunakan pada
dahulu kala. Semen berasal dari bahasa latin yakni Cementum yang artinya
memotong menjadi bagian bagian kecil yang tak beraturan. Sedangkan menurut
pengertiannya semen berarti bahan perekat yang mampu mempersatukan atau
mengikat bahan bahan padat mencadi satu kesatuan yag pokok atau suatu prduk
yang mempuyai fumngsi bahan perekat antara dua atau lebih jenis bahan sehingga
menjadi suatu kesatuan yang kompak, atau dalam pengertian luasnya adalah
material plastis yang memberikan sifat perekat antara bahan bahan kostruksi
bangunan.
Semen Portland memiliki dua bahan
utama yanitu batu kapur yang kaya akan mineral kalsium karbonat dan tanah liat
(clay) yang banyak mengandung silica , alumina, serta oksida besi. Bahan bahan
itu kemudia dihaluskan dengan suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.
Selama proses pemanasan,terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi
agar tidak mengeras campuran padat tersebut diberi bubuk gypsum yang dihaluskan
sehingga membentuk partikel-partikel kecil.
Lazimya, utuk mencapai suatu kekuatn
tertentu semen Portland “nerkolaborasi” dengan bahan yang lain jika bertemu
dengan air misalnya, memunculkan reaksi kimia yang yang sanggup mengubah
campuran sekeras batu, jika dicampur pasir terbentuk perekat tembok yang kokoh.
Namun untuk menjadi beton harus ditambah oleh kerikil.
III.1.1 Klasifikasi Semen Portland
a.
Semen Portland
menurut standard nasional Indonesia
SNI 15-2049-2004 definisi semen Portland adalah semen hidrolis yang di hasilka
dengan cara menggiling terak semen Portlad terutama yang terdiri atas kalsium
silica yang bersifat hidrolisisi dan di giling bersama-sama dengan bahan
tambaha satu atau lebih Kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah bahan
tambahan lain.
Menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI) 15-2049-2004 American standard testing and material (ATSM) semen Portland
dapat diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu:
Menurut SNI
15-2049-1994 dan ASTM C-150-1998, semen Portland diklasifikasikan dalam 5 tipe
yaitu:
Tipe I
(Ordinary Portland Cement)
Semen
Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain. Tipe semen ini paling
banyak diproduksi dan banyak dipasaran
Tipe II
(Moderate sulfat resistance)
Semen
Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat
atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi yang lebih
rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah–daerah tertentu dimana suhu
agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air selama pengeringan agar tidak
terjadi Srinkege (penyusutan) yang besar perlu ditambahkan sifat
moderat“Heat of hydration”. Semen Portland tipe II ini disarankan
untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang
ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan
pertimbangan utama.
Tipe III
(High Early Strength)
Semen
Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi pada
tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.Semen tipe III ini dibuat dengan
kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai
C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen Portland tipe
III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan kekuatan
yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari
semen Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan semen
portland tipe I pada umur 28 hari.
Tipe IV (Low
Heat Of Hydration)
Semen
Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi
rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette
(beton) yang massive dan dengan volume yang besar, seperti bendungan, dam,
lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan selama
periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak terjadi
pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak). Pengembangan
kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding
semen portland tipe I.
Tipe V
(Sulfat Resistance Cement)
Semen
Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap
sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah
yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti : air
laut, daerah tambang, air payau dsb.
III.1.2 Penyediaan Bahan Baku & Proses Pembuatan Semen Portland Secara Umum
Penyediaan Bahan Baku
Untuk membuat semen Portland ada beberapa persenyawaan yang harus
terdapat dalam bahan dasar (The Four Main Elemen), yaitu :
- Oksida calcium (CaO)
- Oksida Silkon (SiO2)
- Oksida Alumunium (A12O3)
- Oksida Besi (Fe2O3)
Untuk memenuhi bahan
tersebut, PTSP menggunakan :
III.1.2.1 Bahan Mentah utama
Batu Kapur
Batu Kapur ini sebagai sumber Calsium
Oksida yang persentasenya terdapat dalam batu kapur sebesar 50%. Sedangkan
penggunaan tanah liat sendiri di dalam bahan baku secara keseluruhan adalah
sebanyak 80%.
Batu Silika
Bahan ini digunakan sebagai sumber silisium Oksida dan
Alumunium Oksidan dan Oksida besi. Bahan ini mengandung 65% oksida silisium,
13% oksida alumunium dan 7% oksida besi. Kebutuhan bahan ini dalam bahan
pengolahan bahan dasar adalah + 10%
Tanah Merah
Digunakan sebagai sumber Alumunium Oksida (29%) dan
Oksida besi (10%). Kebutuhan secara keseluruhan + 10%. Hal yang menyulitkan di
dalam pemakaian bahan ini adalah kandungan air (30%) dan batu (3%).
III.1.2.2 Bahan Mentah Tambahan
Pasir Besi
untuk membuat semen Portland
yang berwarna lebih gelap maka perlu ditambahkan bahan mentah pasir besi yang
didatangkan dari cilacap. Bahan ini mengandung oksida besi sekitar 83% dan
dipakai sebanyak + 2 %. Kegunaan sebagai flux dalam pembakaran dan mempengaruhi
warna semen.
Gypsum
Merupakan bahan mentah tambahan dalam industri semen
yang kegunaannya untuk meperbaiki sifat-sifat semen.
III.2 Proses Pembuatan Semen
Secara umum proses pembuatan semen dibedakan atas dua
proses yaitu proses basah (wet process) dan proses kering (dry process).
- Proses Basah, Proses ini yaitu denga penambahan air sewaktu penggilingan bahan mentah, sehingga hasil gilingan mentah berupa lumpur yang disebut slurry dengan kadar air sekitar 30 – 36 %.
- Proses Kering, Proses ini dengan pengaringan bahan mentah sejalan dengan penggilingannya, sehingga hasil gilingan bahan mentah berupa tepung/bubuk yang disebut raw mix (raw meal), dengan kadar airnya < 1 %.
Tahapan Proses
Secara umum proses pembuatan semen dapat dibagi menjadi 4 (empat)
tahapan, yaitu:
- Penyediaan bahan bahan baku
- Pengolahan bahan bahan baku
- Pembakaran raw mix/slurry menjadi klinker
- Penggilingan klinker dan Gypsum menjadi semen
Semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan
dengan cara menggiling terak/clinker yang mengandung senyawa kalsium
silikat yang ditambah dengan gypsum. Disebut hidrolik karena
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat baru yang bersifat perekat terhadap batuan. Semen memiliki sifat
sebagai berikut :
- Dapat mengeras apabila dicampur dengan air.
- Tidak larut dalam air.
- Plastis sementara apabila dicampur dengan air.
- Dapat melekatkan batuan apabila dicampur dengan air.
Proses pembuatan semen di
terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
1. Penambangan dan penyediaan bahan baku (mining).
2.
Proses produksi, yang meliputi :
- Pengeringan
dan penggilingan awal bahan baku (raw mill)
- Pembakaran dan
pendinginan clinker (burning and cooling)
- Penggilingan
akhir (cement mill)
3.
Pengepakan (packing)
Penambangan Dan Penyediaan Bahan Baku (Mining).
Adapun tahapan
penambangan batu kapur adalah sebagai berikut :
- Pembersihan (clearing)
- Pelucutan (stripping)
- Pengeboran (drilling)
- Peledakan (blasting)
- Pemuatan (loading)
- Penghancuran (crushing)
- Pengiriman (conveying)
Untuk material clay, laterite dan silica,
pekerjaan penambangan dilakukan dengan cara pengerukan biasa.
Proses Produksi
Pada dasarnya proses
atau teknologi pembuatan semen dibagi menjadi empat macam, yaitu:
Proses Basah
Dalam proses basah, raw material dihancurkan kemudian digiling
dalam raw mill sambil diiringi penambahan air sehingga kadar airnya
menjadi 25-40% dari total material. Selama penggilingan berlangsung, bahan baku
yang telah berbentuk slurry dicampur hingga dicapai
komposisi yang memenuhi pabrik. Setelah itu, slurry tersebut dimasukkan
ke dalam silo untuk kemudian dibakar. Adapun keuntungan dari proses
basah adalah sebagai berikut :
- Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena berupa luluhan.
- Kadar alkali tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam saluran.
- Debu yang dihasilkan relatif sedikit.
- Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah mencampur dan mengkoreksinya.
Sedangkan kerugian dari proses basah antara lain :
- Konsumsi bahan bakar lebih banyak.
- Kiln yang dipakai lebih panjang.
- Kapasitas rendah.
- Memerlukan air proses dalam jumlah besar.
Proses Semi Basah
Dalam proses
semi basah, umpan dalam bentuk cake. Penyediaan umpan kiln sama
dengan proses basah, hanya umpan kiln disaring terlebih dahulu.
Selanjutnya cake yang digunakan sebagai umpan kiln disyaratkan
memiliki kandungan air antara 17-27%.
Proses Semi Kering
Dalam proses
semi kering, umpan dalam bentuk butiran. Bahan baku yang telah dihancurkan,
digiling dalam raw mill. Selanjutnya dibentuk dal
butiran-butiran dalam inti granulasi dan dicampur untuk mencapai homogenitas. Kadar air yang disyaratkan dalam umpan kiln sekitar 10-15%. Setelah homogen baru diumpankan ke kiln. Di dalam kiln, umpan dibakar hingga membentuk clinker. Setelah dingin, digiling ke cement mill bersama gypsum hingga terbentuk semen.
butiran-butiran dalam inti granulasi dan dicampur untuk mencapai homogenitas. Kadar air yang disyaratkan dalam umpan kiln sekitar 10-15%. Setelah homogen baru diumpankan ke kiln. Di dalam kiln, umpan dibakar hingga membentuk clinker. Setelah dingin, digiling ke cement mill bersama gypsum hingga terbentuk semen.
Proses Kering
Pada proses kering, bahan baku dipecah dan digiling sampai kadar air
maksimal 1%. Bahan baku yang telah digiling, dicampur dalam blending silo
untuk mendapatkan campuran yang homogen dengan menggunakan udara tekan. Tepung
baku yang telah homogen ini diumpankan ke kiln selanjutnya didinginkan
dan dicampur dengan gypsum dengan kadar gypsum sebanyak 4% untuk
kemudian digiling dalam finish mill hingga menjadi semen. Keuntungan
dari proses kering :
Kiln yang digunakan relatif pendek.
- Heat comsumption rendah sehingga bahan bakar yang digunakan relatif lebih sedikit.
- Kapasitas produksi besar
- Biaya operasi rendah.
Sedangkan kerugian dari proses kering adalah :
- Kadar air sangat mengganggu operasi karena material menjadi lengket.
- Campuran kurang homogen.
- Banyak debu yang dihasilkan, maka diperlukan alat penangkap debu.
Proses kering merupakan proses yang paling banyak
dipilih untuk diaplikasikan dalam proses produksi. Ini disebabkan karena proses
tersebut mampu menghemat pemakaian bahan bakar dan pemakaian alat-alat
produksi.
Pengepakan
Dari 3 unit cement
silo, semen ditransportasikan menggunakan air slide menuju bucket
elevator, kemudian masuk ke dalam vibrating screen untuk
menyaring material yang terbawa ke dalam produk semen. Pada cement silo
ini terjadi fluidisasi antara semen dan udara blower. Dengan adanya gravitasi
bumi, semen jatuh ke bawah dan oleh air slide dibawa ke bucket
elevator.
Produk yang berupa
material halus dimasukkan ke
dalam hopper untuk dialirkan ke dalam packer. Aliran massa semen
terbagi menjadi dua, yaitu massa semen yang setelah ditimbang di weigh
bridge menuju truck loader untuk pembelian dalam bentuk semen curah
(bulk cement) dan massa semen yang menuju rotary packer
untuk pengemasan semen dalam bentuk kantong (sack). Semen yang terbuang
pada saat pengantongan ditangkap dengan dust collector jenis bag
filter untuk mencegah polusi udara.
III.3
Kondisi geologi kawasan karst maros
Karst maros merupakan tipe karst
menara di Indonesia. Batugamping pembentuknya adalah merupakan anggota formasi
tonasa yang mengalami gaya tektonik dan penerobosan batuan beku. Dalam
pandangan geologi, jenis batu gamping dan gaya tektoik merupaka dua faktor yang
berpenaruh terhadap pembentukan karst pola struktur geologi berarah
relative,barat- barat daya, sampai dengan timur-timurlaut, dan barat daya- timur
laut. Gaya tektonik yang bertanggungjawab atas pembentukan karst maros pasca
Miosen tengah,akhir Pliosen dan quarter
( Husein,2007)
III.3.1
Geomorfologi Kawasan Karst Maros
Perubahan bentangalam sangat
diperngaruhi oleh proses geology. Proses geologi merupakan semua aktivitas yang
terjadi dibumi baik berasal dari dalam bumi (Gaya endogen) maupun gaya yang
berasal dari luar bumi ( Gaya eksogen). Bentangalam yang dihasilkan dari dua
bentuk gaya tersebut seperti Bentangalam Struktural, Bentangalam Gunung api,
dan Bentangalam Karst.
Kawasan karst merupakan kawasan yang
mempunyai ekosistem perpaduan antara eksrokarst dan endokarst. Eksokarst
merupakan fenomena karst yang memberikan gambaran teradinya proses dibagian
permuakaan karst, gejalanya antara lain diwujudkan dalam bentuk bukit-bukit
tunggal, pematang bukit, ukiran dipermukaan batuan (struktur lapis atau
karren), lekuk-lekuk lembah (dolina, polje dan uvala), mata air dan
menghilagnya sungai permukaan ke dalam tanah melalui system rucutan seperti mulut
gua. Endokarst merupakan gambaran di bawah permukaan dicirikan degan adanya
gua-gua yang didalamnya terdapat stalakmit atau stalaktit.
Bentuk lahan karst yang terdiri dari
batugmping dan dolomit tersebar di Indonesia. Betang alam kawasan karst maros
memiliki karakterisik geomorfolgi yang unik. Pertama, morfologi bukit-bukitnya
mempunyai lereg tebing yang amat curam atau terjal dangan kemiringan berksar
57-82 dengan puncak yang tumpul. Kedua, batuannya adalah batugamping
lembar,proses karstifikasi menghasilkan bentukan seperti gua yang ada
didalamnya dapat dijumpai stalakmit atau stalaktit, pilar dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar