Senin, 23 Januari 2017

Mitigasi Bencana Alam Longsor, Banjir, Tsunami dan Perubahan iklim



Mitigasi Bencana Alam Longsor, Banjir, Tsunami dan Perubahan iklim



 

HENA SURI INTAN PERTIWI
H221 13 007



PROGRAM STUDI GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016


Miitigasi Bencana Longor
Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat dimana saja dan kapan saja, disamping menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan masyarakat. Gerakan tanah adalah salah satu bencana alam yang sering mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana lainnya yang membawa dampak sosial dan ekonomi.
Bencana adalah sesuatu yang tidak kita harapkan, oleh karena itu pemahaman terhadap proses terjadinya gerakan tanah berikut faktor penyebabnya menjadi sangat penting bagi pemerintah maupun masyarakat. Alternatif penanggulangan bencana baik dari aspek pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi) maupun penanggulangan (rehabilitasi) perlu dikaji secara mendalam. Mitigasi adalah segala usaha untuk meminimalisasi akibat terjadinya suatu bencana pada saat bencana terjadi maupun pasca bencana, yang dalam hal ini dilakukan baik dalam skala lokal, nasional, maupun regional [3]. Beberapa instansi yang menangani hal ini antara lain Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Alam, LAPAN, BPPT, Pemda Tingkat I dan II, Dinas Pertambangan dan Energi, Perguruan Tinggi, Bakornas, Kimpraswil, dan Lembaga-lembaga penelitian lainnya. Walaupun demikian korban akibat bencana alam tanah longsor masih saja terjadi, hal ini menunjukkan bahwa mitigasi bencana harus ditingkatkan pelaksanaannya.
Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage) merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara penggalian atau penimbunan
Tipe longsoran dan tipologi lereng
Terdapat beberapa tipe longsoran yang sering terjadi diantaranya [2] :
a. Kelongsoran rotasi (rotational slip).
b. Kelongsoran translasi (translational slip).
c. Kelongsoran gabungan (compound slip).
Pada dasarnya sebagian besar wilayah di indonesia merupakan daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Lereng atau lahan yang kemiringannya melampaui 20 derajat (40%), umumnya berbakat untuk bergerak atau longsor. Namun tidak selalu lereng atau lahan yang miring berpotensi untuk longsor. Dari berbagai kejadian longsor, dapat didentifikasi 3 tipologi lereng yang rentan untuk bergerak [1] yaitu:
a. Lereng timbunan tanah residual yang dialasi oleh batuan kompak.
b. Lereng batuan yang berlapis searah lereng topografi.
c. Lereng yang tersusun oleh blok-blok batuan.
3. Penyebab Tanah Longsor
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alami dan manusia
3.1. Faktor alam
Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
a. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung api.
b. Iklim: curah hujan yang tinggi.
c. Keadaan topografi: lereng yang curam.
d. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.
3.2. Faktor manusia
Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d. Penggundulan hutan.
e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri.
h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
4. Mitigasi
Mitigasi bencana tanah longsor berarti segala usaha untuk meminimalisasi akibat terjadinya tanah longsor. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menekan bahaya tanah longsor dibagi menjadi 3 yaitu:
4.1. Tahap awal (preventif)
Langkah pertama dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana tanah longsor adalah:
a. Identifikasi daerah rawan dan pemetaan. Dari evaluasi terhadap lokasi gerakan tanah yang telah terjadi selama ini ternyata lokasi-lokasi kejadian gerakan tanah merupakan daerah yang telah teridentifikasi sebagai daerah yang memiliki kerentanan menengah hingga tinggi.
b. Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan bencana alam gerakan tanah dengan memberikan informasi mengenai bagaimana dan kenapa tanah longsor, gejala gerakan tanah dan upaya pencegahan serta penangulangannya.
c. Pemantauan daerah rawan longsor dan dilakukan secara terus menerus dengan tujuan untuk mengetahui mekanisme gerakan tanah dan faktor penyebabnya serta mengamati gejala kemungkinan akan terjadinya longsoran.[/list]
Gambar 1. Bagan alir sistem manajemen bencana longsor (Karnawati, 2002)
d. Pengembangan dan penyempurnaan manajemen mitigasi gerakan tanah baik dalam skala nasional, regional maupun lokal secara berkelanjutan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan menggalang kebersamaan segenap lapisan masyarakat (gambar 1).
e. Perencanaan pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan bencana.
f. Pola pengelolaan lahan untuk budidaya tanaman pertanian, perkebunan yang sesuai dengan azas pelestarian lingkungan dan kestabilan lereng.
g. Hindari bermukim atau mendirikan bangunan di tepi lembah sungai terjal.
h. Hindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal yang akan mengganggu kestabilan lereng sehingga mudah longsor.
i. Hindari membuat pencetakan sawah baru atau kolam pada lereng yang terjal karena air yang digunakan akan mempengaruhi sifat fisik dan keteknikan yaitu tanah menjadi lembek dan gembur sehingga kehilangan kuat gesernya yang mengakibatkan tanah mudah bergerak.
j. Penyebarluasan informasi bencana gerakan tanah melalui berbagai media dan cara sehingga masyarakat, baik secara formal maupun non formal
4.2. Tahap bencana
Hal penting yang harus dilakukan ketika suatu daerah terkena bencan tanah longsor diantaranya:
a. Menyelamatkan warga yang tertimpa musibah
b. Pembentukan pusat pengendlian (Crisis Center).
c. Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.
d. Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan dan penyediaan air bersih.
e. Pendistribusian air bersih, jalur logistik, tikar dan selimut.
f. Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit.
g. Evaluasi, konsultasi dan penyuluhan.
4.3. Tahap pasca bencana
Berlalunya bencana tanah longsor bukan berarti permasalahan sudah selesai, masih ada beberapa tahapan yang perlu kita lakukan:
a. Penyusunan dan penyempurnaan peraturan tata ruang dalam upaya mempertahankan fungsi daerah resapan air.
b. Mengupayakan semaksimal mungkin pengembalian fungsi kawasan hutan lindung.
c. Mengevaluasi dan memperketat studi AMDAL pada kawasan vital yang berpotensi menyebabkan bencana.
d. Mengevaluasi kebijakan Instansi/Dinas yang berpengaruh terhadap terganggunya ekosistem.
e. Penyediaan lahan relokasi penduduk yang bermukim di daerah bencana, sabuk hijau dan di sepanjang bantaran sungai.
f. Normalisasi areal penyebab bencana, antara lain seperti normalisasi aliran sungai dan bantaran sungai dengan membuat semacam polder dan sudetan.
g. Rehabilitasi sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarakat yang terkena bencana secara permanen (seperti: perbaikan sekolah, pasar, tempat ibadah, jalan, jembatan, tanggul dll).
h. Menyelenggarakan forum kerjasama antar daerah dalam penanggulangan bencana.
Mitigasi Bencana Banjir
Sebelum mengetahui apa saja mitigasi terhadap banjir, kita harus terlebih dahulu mengetahui definisi dari banjir itu sendiri. Apa yang dimaksud dengan banjir? Banjir adalah aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan ada genangan di sisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak lewati aliran air. Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita juga dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan bumi  dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah. Mitigasi terhadap banjir dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tindakan sebelum , sesaat dan sesudah banjir.
A. Tindakan Sebelum Terjadi Banjir
Ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebelum terjadinya bencana banjir sebagai tahap kesiap-siagaan , diantaranya :
1.   Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi bencana banjir.
2.   Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga tempat di mana anggota keluarga akan berkumpul usai bencana terjadi.
3.  Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi keperluan yang dibutuhkan seperti: Makanan kering seperti biskuit, air minum, kotak kecil berisi obat-obatan penting, lampu senter dan baterai cadangan, Lilin dan korek api, kain sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan, surat berharga, fotokopi tanda pengenal yang dimasukkan kantong plastik, serta nomor-nomor telepon penting.
4.   Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir:
5.   Buat sumur resapan bila memungkinkan.
6.   Tanam lebih banyak pohon besar.
7.   Membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir.
8.  Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir.
9.   Membangun sistem peringatan dini banjir.
10.  Menjaga kebersihan saluran air dan limbah.
11. Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan bangunan rumah hingga batas ketinggian banjir jika memungkinkan.
12. Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan.
13.  Pengendali banjir dan lokasi evakuasi.
14. Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah resapan air.
B. Tindakan Saat Terjadi Banjir
Saat terjadinya banjir, ada beberapa hal yang perlu kita waspadai/perhatikan , yaitu :
1.    Jangan panik.
2.  Pada saat terjadi bencana banjir, warga yang berada di daerah rawan bencana banjir diminta memantau perkembangan cuaca, bila hujan terus terjadi tidak henti-hentinya, diimbau waspada dan berhati- hati untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
3.  Pada saat dan setelah bencana terjadi, berbagai aktivitas kesehatan harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan para korban serta mencegah memburuknya derajat kesehatan masyarakat yang terkena bencana. Pada tahapan tanggap darurat, energi yang cukup besar biasanya dicurahkan untuk evakuasi korban.
4.  Ketika melihat air datang, Jauhi secepat mungkin daerah banjir. segera selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin menuju tempat yang tinggi.
5.   Apabila kamu terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda yang bisa mengapung sebisanya.
6.   Dengarkan jika ada informasi darurat tentang banjir.
7.    Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan listrik/sumber listrik.
8. Selamatkan barang-barang berharga dan dokumen penting sehingga tidak rusak atau hilang terbawa banjir.
9.  Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar untuk tindakan selanjutnya.
10.  Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum.
11.   Terlibat dalam pendistribusian bantuan.
12.  Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan.
13.  Menggunakan air bersih dengan efisien.
C. Tindakan Sesudah Terjadi Banjir
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sesudah terjadi bencana banjir ,antara lain:
1.   Pemberian bantuan misalnya tempat perlindungan darurat bagi mereka yang kehilangan tempat tinggalnya.
2.   Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah.
3.   Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
4.  Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL).
5.  Pemberian bantuan yang meliputi kesehatan lingkungan, dan pemberantasan penyakit, pelayanan kesehatan serta distribusi logistik kesehatan dan bahan makanan.
6.  Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor agar tetap bekerjapada saat terjadi banjir.
7.   Menjauhi kabel atau instalasi listrik lainnya.
8.  Menghindari memasuki wilayah yang rusak kecuali dinyatakan aman misal bangunan yang rusak atau pohon yang miring.
9.   Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian menolong orang di dekat kamu yang  memerlukan bantuan.
10.  Mencari anggota keluarga.
11.  Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan hati-hati, jangan menyalakan listrik kecuali telah dinyatakan aman.
12.  Membersihkan lumpur
13. Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari sumur terbuka karena sudah terkontaminasi. Makanan yang telah terkena air banjir harus dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.

Mitigasi bencana tsunami
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu Tsu =  pelabuhan dan Nami = Gelombang. Jadi Tsunami berarti pasang laut besar dipelabuhan. Dalam imu kebumian terminology ini dikenal dan baku secara umum. Secara singkat Tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh oleh suatu gangguan impulsive yang terjadi pada medium laut, seperti gempa bumi, erupsi vulkanik atau longsoran.
Gangguan impulsive tsunami biasanya berasal dari tiga sumber utama, yaitu :
1.      Gempa didasar laut,
2.      Letusan Gunung api didasar laut, dan
3.      Longsoran yang terjadi didasar laut.
Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsive bersifat transien yaitu gelombangnya bersifat sesar. Gelombang semacam ini berbeda dengan gelombang laut lainnya yang bersifat kontinyu, seperti gelmbang laut yang ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa. Periode tsunami ini berkisar antara 10-60 menit. Gelombang tsunami mempunyai panjang gelombang yang besar sampai mencapai 100 km. Kecepatan rambat gelombang tsunami di laut dalam mencapai 500-1000 km/jam. Kecepatan penjalaran tsunami ini sangat tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer. Apabila tsunami mencapai pantai, kecepatannya dapat mencapai 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Kalau ditengah laut tingi gelombang tsunami paling besar sekitar 5 meter, maka pada saat mencapai pantai tinggi gelombang dapat mencapai puluhan meter.
IDENTIIKASI DAERAH RAWAN TSUNAMI
Analisis Bahaya Tsunami
Analisa bahaya tsunami ditujukan untuk mengidentifikasi daerah yang akan terkena bahaya tsunami. Daerah bahaya tsunami tersebut dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) metode Mensimulasikan hubungan antara pembangkit tsunami (gempa bumi, letusan gunung api, longsoran dasar laut) dengan tinggi gelombang tsunami. Dari hasil simulasi tinggi gelombang tsunami tersebut kemudian disimulasikan lebih lanjut dengan kondisi tata guna, topografi, morfologi dasar laut serta bentuk dan struktur geologi lahan pesisir.
Memetakan hubungan antara aktivitas gempa bumi, letusan gunung api, longsoran dasar laut dengan terjadinya elombang tsunami berdasarkan sejarah terjadinya tsunami. Dari hasil analisa tersebut kemudian diidentifikasi dan dipetakan lokasi yang terkena dampak gelombang tsunami.
Analisis Tingkat Kerentanan terhadap Tsunami.
Analisa kerentanan ditujukan untuk mengidentifikasi dampak terjadinya tsunami yang berupa jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi, baik dalam jangka pendek yang berupa hancurnya pemukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun jangka panjang yang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumberdaya alam lainnya.
Analisa kerentanan tersebut didasarkan beberapa aspek, antara lain tingkat kepadatan pemukiman di daerah rawan tsunami, tingkat ketergantungan perekonomian masyarakat pada sector kelautan, keterbatasan akses transportasi untuk evakuasi maupun penyelamatan serta keterbatasan akses komunikasi
Analisis Tingkat Ketahanan Terhadap Tsunami
Analisa tingkat ketahanan ditujukan untuk mengidentifikasi kemampuan pemerintah serta masyarakat pada umumnya untuk merespn terjadinya bencana tsunami sehingga mampu mengurangi dampaknya. Analisis tingkat ketahanan tersebut dapat diidentifikasi dari 3 (tiga) aspek, yaitu :
1.      Jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk
2.      Kemampuan mobilias masyarakat dalam evakuasi dan penyelamatan, dan
3.      Ketersedian peralatan yang dapat dipergunakan untuk evakuasi.
MITIGASI BENCANA TSUNAMI
Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural
Upaya structural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya teknis yang bertujuan untuk meredam/mengurangi energy gelombang tsunami yang menjalar ke kawasan pantai. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami, karateristik gelombang tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan struktur bangunan, maka upaya structural tersebut dapat dibedakan menjadi 2(dua) kelompok, yaitu :
Alami, seperti penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai dan perlindungan terumbu karang.
Buatan,
Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk menahan tsunami,
Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa insentif anatara lain Retrofitting dan Relokasi.
Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural
Upaya Non structural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi structural maupun upaya lainnya. Upaya non structural tersebut meliputi antara lain :
Kebijakan tentang tata guna lahan/  tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman bencana, Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya) serta infrastruktur sarana dan prasarana,
Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local,
1.      Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta tingkat ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang memperhaikan berbagai aspek,
2.      Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai,
3.      Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
4.      Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,
5.      Pengembangan system peringatan dini adanya bahaya tsunami.
Mitigasi Bencana Perubahan iklim
Wilayah Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia, serta berada di antara dua samudera yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Letak geografis Indonesia tersebut mempunyai pengaruh terhadap perubahan angin asia dan angin australia yang selalu berganti arah dua kali selama setahun, hal ini terjadi karena mengikuti pergeseran matahari ke arah utara/selatan garis khatulistiwa. Sehingga wilayah Indonesia mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Perubahan musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya disebut masa peralihan antar musim atau lebih dikenal dengan musim pancaroba.
Cuaca Ekstrim Musim Peralihan (Pancaroba)
BMKG melalui Peraturan Kepala BMKG Nomor Kep.009 Tahun 2010 menjelaskan bahwa Cuaca Ekstrim adalah kejadian cuaca yang tidak normal, tidak lazim yang dapat mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta. Bencana Alam yang ditimbulkannya adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang diakibatkan oleh cuaca ekstrim sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Pada musim pancaroba cuaca di wilayah Indonesia terkadang tak mudah di prediksi. Dimana pada musim pancaroba kerap terjadi cuaca ekstrim, seperti; hujan badai, hujan es, petir, angin kencang, angin puting beliung, banjir dan longsor serta gelombang laut yang tinggi. Kejadian cuaca ekstrim ini terjadi di hampir seluruh Indonsia selama bulan-bulan musim peralihan. Kejadian cuaca ekstrim pada musim pancaroba yang paling banyak adalah bencana angin puting beliung. Musim pancaroba biasanya suhu udara berubah menjadi lebih panas dan gerah, disertai datangnya angin kencang, terjadinya awan gelap yang relative singkat serta hujan deras (kadang-kadang ada hujan butiran es).
Angin Puting Beliung
Angin puting beliung sering terjadi diwilayah Indonesia pada bulan-bulan peralihan musim kemarau/hujan (pancaroba). Hal ini terjadi karena proses perubahan arah angin asia dan angin Australia yang terjadi dua kali setahun. Perubahan arah angin regional tersebut akan mempengaruhi kestabilan beda tekanan udara permukaan dan lapisan atas yang cukup besar sehingga menimbulkan daya sedot udara dari permukaan ke lapisan atas yang kuat. Namun area kejadian angin puting beliung pada umumnya sangat lokal dan dalam waktu yang singkat. Tanda-tanda akan terjadinya angin puting beliung, antara lain;
  1. Sehari sebelumnya udara malam hari terasa panas dan gerah
  2. Pada pagi hari langit cerah dan sekitar 10.00 pagi ada pertumbuhan awan gelap yang cepat
  3. Terbentuk awan gelap Cumulusnimbus (Cb) yang bentuk awannya seperti bunga kol
  4. Angin dingin mulai berhembus dan ranting serta daun pepohonan disekitar mulai bergoyang kencang
  5. Angin dingin semakin lama semakin kencang dan terjadilah angin rebut (puting beliung)
Bencana Angin Puting Beliung
Melihat hasil data perbandingan bencana alam per jenis kejadian selama periode tahun 1815-2014 (sumber data BNPB) yang terjadi di wilayah Indonesia, angin puting beliung menempati urutan ke 2 terbesar yaitu 21 % . Data dari BNPB, selama tahun 2013 telah terjadi kejadian angin puting beliung di wilayah Indonesia sebanyak 503 kejadian, jumlah meninggal 31 jiwa, luka-luka 171 jiwa,menderita 45.774 jiwa, mengungsi 1.598 jiwa, sera rumah rusak ringan hingga rusak berat sebanyak 26.703 unit.
Mitigasi Bencana Alam Musim Pancaroba
Cuaca ekstrim pada musim pancaroba terutama puting beliung, proses terjadinya dalam waktu yang singkat dan dadakan. Sehingga ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko/dampak kerugian yang ditimbulkannya, yaitu dengan pemahaman tentang mitigasi bencana alam cuaca ekstrim
Sebelum terjadi becana
·         Mengenali apa yang tanda-tanda sebelum kejadian puting beliung;
sehari sebelumnya udara terasa panas dan gerah,
awan tiba2 gelap dan angin dingin mulai berhembus kencang, kilat dan petir.
·         Perhatikan bahwa struktur benda-benda yang mudah tumbang
oleh angin puting beliung.
·         Memangkas ranting dan daun rimbun pohon tinggi yang mudah rapuh.
·         Bangunan dan atap rumah yang tidak permanen
supaya lebih diperkuat cengkramannya
(atap asbes, seng, daun, dll)
·         Papan reklame dicek secara permanen kekuatannya
apalagi menjelang musim transisi.
·         Waspada bagi yang tempat tinggal di lereng tanah mudah longsor.
Karena tanah ketika musim kemarau yang keras akan kena air hujan
mengalami proses penggemburan. Seperti batu gamping disiram air. Jadi mudah ambrol.
·         Kenali lingkungan tempat anda bekerja/tinggal untuk memudahkan perlindungan yang aman.
·         Belajar menggunakan alat pemadam kebakaran.
·         Catat nomer telepon penting yang dapat dihubungi.
·         Menyediakan kotak P3K, senter, radio
serta makanan suplemen dan air.
·         Pemetaan daerah rawan angin puting beliung.
·         Adanya aturan tentang pembangunan.
·         Latihan simulasi penyelamatan diri.
·         Memperkenalkan dan menerapkan asuransi bencana di daerah rawan bencana angin puting beliung
Saat Kejadian
·         Hindari berlindung dibawah pohon yang mudah rapuh/roboh.
·         Hindari berlindung dibawah/samping papan reklame yang tidak kuat/kokoh.
·         Lindungi badan dan kepala anda dari reruntuhan bangunan
dengan bersembunyi di bawah meja dsb (cari tempat yang paling aman).
·         Lari keluar apabila masih bisa dilakukan ketika atap rumah mulai terangkat angin.
·         Jika berada diluar bangunan, berlindung pada tempat yang benar-benar kokoh.
Bawah jembatan besi/beton, bungker jika ada, dll.
·         Perhatikan tempat anda berlindung, hindari apabla ada angin ribut akan menuju anda.
·         Mematikan barang elektronik dari aliran listrik (TV, Laptop, HP, dll).
·         Setelah Kejadian
·         Keluarlah dari tempat anda berlindung dengan hati-hati.
·         Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K.
·         Telepon atau mintalah pertolongan apabila ada yang terluka parah.
·         Periksa lingkungan sekitar anda.
·         Periksa apabila ada bangunan/pohon roboh.
·         Periksa apabila terjadi hubungan arus pendek (konslet) dan segera matikan listrik.
·         Periksa apbila ada hal-hal yang membahayakan.
·         Mendengarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrim dari instansi terkait.
·         Jangan panik dan berdoalah pada yang diatas



Tidak ada komentar:

Posting Komentar