Mitigasi
Bencana Alam Longsor, Banjir, Tsunami dan Perubahan iklim
HENA
SURI INTAN PERTIWI
H221
13 007
PROGRAM
STUDI GEOFISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
2016
Miitigasi
Bencana Longor
Bencana
alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat dimana saja dan kapan
saja, disamping menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan
masyarakat. Gerakan tanah adalah salah satu bencana alam yang sering
mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan
sarana dan prasarana lainnya yang membawa dampak sosial dan ekonomi.
Bencana
adalah sesuatu yang tidak kita harapkan, oleh karena itu pemahaman terhadap
proses terjadinya gerakan tanah berikut faktor penyebabnya menjadi sangat
penting bagi pemerintah maupun masyarakat. Alternatif penanggulangan bencana
baik dari aspek pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi) maupun
penanggulangan (rehabilitasi) perlu dikaji secara mendalam. Mitigasi adalah
segala usaha untuk meminimalisasi akibat terjadinya suatu bencana pada saat
bencana terjadi maupun pasca bencana, yang dalam hal ini dilakukan baik dalam
skala lokal, nasional, maupun regional [3]. Beberapa instansi yang menangani
hal ini antara lain Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Direktorat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Alam, LAPAN, BPPT, Pemda Tingkat I dan II, Dinas
Pertambangan dan Energi, Perguruan Tinggi, Bakornas, Kimpraswil, dan
Lembaga-lembaga penelitian lainnya. Walaupun demikian korban akibat bencana
alam tanah longsor masih saja terjadi, hal ini menunjukkan bahwa mitigasi
bencana harus ditingkatkan pelaksanaannya.
Tanah
longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi
adalah longsor bahan rombakan (debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational
slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage) merupakan penyebab utama
ketidakstabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng yang di bentuk
dengan cara penggalian atau penimbunan
Tipe
longsoran dan tipologi lereng
Terdapat
beberapa tipe longsoran yang sering terjadi diantaranya [2] :
a.
Kelongsoran rotasi (rotational slip).
b.
Kelongsoran translasi (translational slip).
c.
Kelongsoran gabungan (compound slip).
Pada
dasarnya sebagian besar wilayah di indonesia merupakan daerah perbukitan atau
pegunungan yang membentuk lahan miring. Lereng atau lahan yang kemiringannya
melampaui 20 derajat (40%), umumnya berbakat untuk bergerak atau longsor. Namun
tidak selalu lereng atau lahan yang miring berpotensi untuk longsor. Dari
berbagai kejadian longsor, dapat didentifikasi 3 tipologi lereng yang rentan
untuk bergerak [1] yaitu:
a.
Lereng timbunan tanah residual yang dialasi oleh batuan kompak.
b.
Lereng batuan yang berlapis searah lereng topografi.
c.
Lereng yang tersusun oleh blok-blok batuan.
3.
Penyebab Tanah Longsor
Faktor
penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan
tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan
sebagai faktor alami dan manusia
3.1.
Faktor alam
Kondisi
alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
a.
Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan batu
lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung api.
b.
Iklim: curah hujan yang tinggi.
c.
Keadaan topografi: lereng yang curam.
d.
Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi
dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e.
Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.
3.2.
Faktor manusia
Ulah
manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
a.
Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
b.
Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c.
Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d.
Penggundulan hutan.
e.
Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f.
Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g.
Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga
RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri.
h.
Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
4.
Mitigasi
Mitigasi
bencana tanah longsor berarti segala usaha untuk meminimalisasi akibat
terjadinya tanah longsor. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menekan
bahaya tanah longsor dibagi menjadi 3 yaitu:
4.1.
Tahap awal (preventif)
Langkah
pertama dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana tanah longsor adalah:
a.
Identifikasi daerah rawan dan pemetaan. Dari evaluasi terhadap lokasi gerakan
tanah yang telah terjadi selama ini ternyata lokasi-lokasi kejadian gerakan
tanah merupakan daerah yang telah teridentifikasi sebagai daerah yang memiliki
kerentanan menengah hingga tinggi.
b.
Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan bencana alam gerakan tanah dengan
memberikan informasi mengenai bagaimana dan kenapa tanah longsor, gejala
gerakan tanah dan upaya pencegahan serta penangulangannya.
c.
Pemantauan daerah rawan longsor dan dilakukan secara terus menerus dengan
tujuan untuk mengetahui mekanisme gerakan tanah dan faktor penyebabnya serta
mengamati gejala kemungkinan akan terjadinya longsoran.[/list]
Gambar
1. Bagan alir sistem manajemen bencana longsor (Karnawati, 2002)
d.
Pengembangan dan penyempurnaan manajemen mitigasi gerakan tanah baik dalam
skala nasional, regional maupun lokal secara berkelanjutan dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi dan menggalang kebersamaan segenap lapisan
masyarakat (gambar 1).
e.
Perencanaan pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan bencana.
f.
Pola pengelolaan lahan untuk budidaya tanaman pertanian, perkebunan yang sesuai
dengan azas pelestarian lingkungan dan kestabilan lereng.
g.
Hindari bermukim atau mendirikan bangunan di tepi lembah sungai terjal.
h.
Hindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal yang akan
mengganggu kestabilan lereng sehingga mudah longsor.
i.
Hindari membuat pencetakan sawah baru atau kolam pada lereng yang terjal karena
air yang digunakan akan mempengaruhi sifat fisik dan keteknikan yaitu tanah
menjadi lembek dan gembur sehingga kehilangan kuat gesernya yang mengakibatkan
tanah mudah bergerak.
j.
Penyebarluasan informasi bencana gerakan tanah melalui berbagai media dan cara
sehingga masyarakat, baik secara formal maupun non formal
4.2.
Tahap bencana
Hal
penting yang harus dilakukan ketika suatu daerah terkena bencan tanah longsor
diantaranya:
a.
Menyelamatkan warga yang tertimpa musibah
b.
Pembentukan pusat pengendlian (Crisis Center).
c.
Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.
d.
Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan dan penyediaan air bersih.
e.
Pendistribusian air bersih, jalur logistik, tikar dan selimut.
f.
Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit.
g.
Evaluasi, konsultasi dan penyuluhan.
4.3.
Tahap pasca bencana
Berlalunya
bencana tanah longsor bukan berarti permasalahan sudah selesai, masih ada
beberapa tahapan yang perlu kita lakukan:
a.
Penyusunan dan penyempurnaan peraturan tata ruang dalam upaya mempertahankan
fungsi daerah resapan air.
b.
Mengupayakan semaksimal mungkin pengembalian fungsi kawasan hutan lindung.
c.
Mengevaluasi dan memperketat studi AMDAL pada kawasan vital yang berpotensi
menyebabkan bencana.
d.
Mengevaluasi kebijakan Instansi/Dinas yang berpengaruh terhadap terganggunya
ekosistem.
e.
Penyediaan lahan relokasi penduduk yang bermukim di daerah bencana, sabuk hijau
dan di sepanjang bantaran sungai.
f.
Normalisasi areal penyebab bencana, antara lain seperti normalisasi aliran
sungai dan bantaran sungai dengan membuat semacam polder dan sudetan.
g.
Rehabilitasi sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarakat yang terkena
bencana secara permanen (seperti: perbaikan sekolah, pasar, tempat ibadah,
jalan, jembatan, tanggul dll).
h.
Menyelenggarakan forum kerjasama antar daerah dalam penanggulangan bencana.
Mitigasi Bencana Banjir
Sebelum
mengetahui apa saja mitigasi terhadap banjir, kita harus terlebih dahulu
mengetahui definisi dari banjir itu sendiri. Apa yang dimaksud dengan banjir?
Banjir adalah aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal
sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan ada genangan di sisi
sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan
melimpasi muka tanah yang biasanya tidak lewati aliran air. Dalam cakupan
pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari
siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan bumi yang bergerak ke
laut. Dalam siklus hidrologi kita juga dapat melihat bahwa volume air yang
mengalir di permukaan bumi dominan
ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Mitigasi terhadap banjir dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tindakan
sebelum , sesaat dan sesudah banjir.
A.
Tindakan Sebelum Terjadi Banjir
Ada
beberapa hal yang harus kita lakukan sebelum terjadinya bencana banjir sebagai
tahap kesiap-siagaan , diantaranya :
1. Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal
yang harus dilakukan apabila terjadi bencana banjir.
2. Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga
tempat di mana anggota keluarga akan berkumpul usai bencana terjadi.
3. Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi
keperluan yang dibutuhkan seperti: Makanan kering seperti biskuit, air minum,
kotak kecil berisi obat-obatan penting, lampu senter dan baterai cadangan,
Lilin dan korek api, kain sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan, surat
berharga, fotokopi tanda pengenal yang dimasukkan kantong plastik, serta
nomor-nomor telepon penting.
4. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi risiko banjir:
5. Buat sumur resapan bila memungkinkan.
6. Tanam lebih banyak pohon besar.
7.
Membentuk kelompok masyarakat
pengendali banjir.
8. Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur
evakuasi bila terjadi banjir.
9. Membangun sistem peringatan dini banjir.
10. Menjaga kebersihan saluran air dan limbah.
11.
Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan bangunan rumah
hingga batas ketinggian banjir jika memungkinkan.
12.
Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan.
13. Pengendali banjir dan lokasi evakuasi.
14.
Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah
resapan air.
B.
Tindakan Saat Terjadi Banjir
Saat
terjadinya banjir, ada beberapa hal yang perlu kita waspadai/perhatikan , yaitu
:
1. Jangan panik.
2. Pada saat terjadi bencana banjir, warga yang
berada di daerah rawan bencana banjir diminta memantau perkembangan cuaca, bila
hujan terus terjadi tidak henti-hentinya, diimbau waspada dan berhati- hati
untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Pada saat dan setelah bencana terjadi,
berbagai aktivitas kesehatan harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
para korban serta mencegah memburuknya derajat kesehatan masyarakat yang
terkena bencana. Pada tahapan tanggap darurat, energi yang cukup besar biasanya
dicurahkan untuk evakuasi korban.
4. Ketika melihat air datang, Jauhi secepat
mungkin daerah banjir. segera selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin
menuju tempat yang tinggi.
5. Apabila kamu terjebak dalam rumah atau
bangunan, raih benda yang bisa mengapung sebisanya.
6. Dengarkan jika ada informasi darurat tentang
banjir.
7. Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan
listrik/sumber listrik.
8.
Selamatkan barang-barang berharga dan dokumen penting sehingga tidak rusak atau
hilang terbawa banjir.
9. Pantau kondisi ketinggian air setiap saat
sehingga bisa menjadi dasar untuk tindakan selanjutnya.
10. Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan
dapur umum.
11. Terlibat dalam pendistribusian bantuan.
12. Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan.
13. Menggunakan air bersih dengan efisien.
C.
Tindakan Sesudah Terjadi Banjir
Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan sesudah terjadi bencana banjir ,antara lain:
1. Pemberian bantuan misalnya tempat
perlindungan darurat bagi mereka yang kehilangan tempat tinggalnya.
2. Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan
rumah.
3. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
4. Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran
pembuangan air limbah (SPAL).
5. Pemberian bantuan yang meliputi kesehatan
lingkungan, dan pemberantasan penyakit, pelayanan kesehatan serta distribusi
logistik kesehatan dan bahan makanan.
6. Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air
kotor agar tetap bekerjapada saat terjadi banjir.
7. Menjauhi kabel atau instalasi listrik
lainnya.
8. Menghindari memasuki wilayah yang rusak
kecuali dinyatakan aman misal bangunan yang rusak atau pohon yang miring.
9. Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian
menolong orang di dekat kamu yang
memerlukan bantuan.
10. Mencari anggota keluarga.
11. Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan
hati-hati, jangan menyalakan listrik kecuali telah dinyatakan aman.
12. Membersihkan lumpur
13.
Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari sumur terbuka
karena sudah terkontaminasi. Makanan yang telah terkena air banjir harus
dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.
Mitigasi bencana tsunami
Tsunami
berasal dari bahasa jepang yaitu Tsu =
pelabuhan dan Nami = Gelombang. Jadi Tsunami berarti pasang laut besar
dipelabuhan. Dalam imu kebumian terminology ini dikenal dan baku secara umum.
Secara singkat Tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan
periode panjang yang ditimbulkan oleh oleh suatu gangguan impulsive yang
terjadi pada medium laut, seperti gempa bumi, erupsi vulkanik atau longsoran.
Gangguan
impulsive tsunami biasanya berasal dari tiga sumber utama, yaitu :
1. Gempa
didasar laut,
2. Letusan
Gunung api didasar laut, dan
3. Longsoran
yang terjadi didasar laut.
Gelombang
tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsive bersifat transien yaitu gelombangnya
bersifat sesar. Gelombang semacam ini berbeda dengan gelombang laut lainnya
yang bersifat kontinyu, seperti gelmbang laut yang ditimbulkan oleh gaya tarik
benda angkasa. Periode tsunami ini berkisar antara 10-60 menit. Gelombang
tsunami mempunyai panjang gelombang yang besar sampai mencapai 100 km.
Kecepatan rambat gelombang tsunami di laut dalam mencapai 500-1000 km/jam.
Kecepatan penjalaran tsunami ini sangat tergantung dari kedalaman laut dan
penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer. Apabila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya dapat mencapai 50 km/jam dan energinya sangat
merusak daerah pantai yang dilaluinya. Kalau ditengah laut tingi gelombang
tsunami paling besar sekitar 5 meter, maka pada saat mencapai pantai tinggi
gelombang dapat mencapai puluhan meter.
IDENTIIKASI
DAERAH RAWAN TSUNAMI
Analisis
Bahaya Tsunami
Analisa
bahaya tsunami ditujukan untuk mengidentifikasi daerah yang akan terkena bahaya
tsunami. Daerah bahaya tsunami tersebut dapat diidentifikasi dengan 2 (dua)
metode Mensimulasikan hubungan antara pembangkit tsunami (gempa bumi, letusan
gunung api, longsoran dasar laut) dengan tinggi gelombang tsunami. Dari hasil
simulasi tinggi gelombang tsunami tersebut kemudian disimulasikan lebih lanjut
dengan kondisi tata guna, topografi, morfologi dasar laut serta bentuk dan
struktur geologi lahan pesisir.
Memetakan
hubungan antara aktivitas gempa bumi, letusan gunung api, longsoran dasar laut
dengan terjadinya elombang tsunami berdasarkan sejarah terjadinya tsunami. Dari
hasil analisa tersebut kemudian diidentifikasi dan dipetakan lokasi yang
terkena dampak gelombang tsunami.
Analisis
Tingkat Kerentanan terhadap Tsunami.
Analisa
kerentanan ditujukan untuk mengidentifikasi dampak terjadinya tsunami yang
berupa jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi, baik dalam jangka pendek yang
berupa hancurnya pemukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan
lainnya, maupun jangka panjang yang berupa terganggunya roda perekonomian
akibat trauma maupun kerusakan sumberdaya alam lainnya.
Analisa
kerentanan tersebut didasarkan beberapa aspek, antara lain tingkat kepadatan
pemukiman di daerah rawan tsunami, tingkat ketergantungan perekonomian
masyarakat pada sector kelautan, keterbatasan akses transportasi untuk evakuasi
maupun penyelamatan serta keterbatasan akses komunikasi
Analisis
Tingkat Ketahanan Terhadap Tsunami
Analisa
tingkat ketahanan ditujukan untuk mengidentifikasi kemampuan pemerintah serta
masyarakat pada umumnya untuk merespn terjadinya bencana tsunami sehingga mampu
mengurangi dampaknya. Analisis tingkat ketahanan tersebut dapat diidentifikasi
dari 3 (tiga) aspek, yaitu :
1. Jumlah
tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk
2. Kemampuan
mobilias masyarakat dalam evakuasi dan penyelamatan, dan
3. Ketersedian
peralatan yang dapat dipergunakan untuk evakuasi.
MITIGASI
BENCANA TSUNAMI
Upaya
Mitigasi Bencana Tsunami Struktural
Upaya
structural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya teknis yang
bertujuan untuk meredam/mengurangi energy gelombang tsunami yang menjalar ke
kawasan pantai. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami,
karateristik gelombang tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan
struktur bangunan, maka upaya structural tersebut dapat dibedakan menjadi
2(dua) kelompok, yaitu :
Alami,
seperti penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai dan
perlindungan terumbu karang.
Buatan,
Pembangunan
breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk menahan tsunami,
Memperkuat
desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik bangunan tahan
bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa
insentif anatara lain Retrofitting dan Relokasi.
Upaya
Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural
Upaya
Non structural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya
mitigasi structural maupun upaya lainnya. Upaya non structural tersebut
meliputi antara lain :
Kebijakan
tentang tata guna lahan/ tata ruang/
zonasi kawasan pantai yang aman bencana, Kebijakan tentang standarisasi
bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya) serta infrastruktur sarana dan
prasarana,
Mikrozonasi
daerah rawan bencana dalam skala local,
1. Pembuatan
peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta tingkat
ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang
memperhaikan berbagai aspek,
2. Kebijakan
tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai,
3. Pelatihan
dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
4. Penyuluhan
dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,
5. Pengembangan
system peringatan dini adanya bahaya tsunami.
Mitigasi Bencana Perubahan iklim
Wilayah Indonesia adalah
negara kepulauan yang terletak di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua
Australia, serta berada di antara dua samudera yaitu Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik. Letak geografis Indonesia tersebut mempunyai pengaruh terhadap
perubahan angin asia dan angin australia yang selalu berganti arah dua kali
selama setahun, hal ini terjadi karena mengikuti pergeseran matahari ke arah
utara/selatan garis khatulistiwa. Sehingga wilayah Indonesia mengenal dua musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan. Perubahan musim kemarau ke musim hujan
atau sebaliknya disebut masa peralihan antar musim atau lebih dikenal dengan
musim pancaroba.
Cuaca Ekstrim Musim
Peralihan (Pancaroba)
BMKG
melalui Peraturan Kepala BMKG Nomor Kep.009 Tahun 2010 menjelaskan bahwa Cuaca
Ekstrim adalah kejadian cuaca yang tidak normal, tidak lazim yang dapat
mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta. Bencana Alam yang
ditimbulkannya adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang diakibatkan oleh cuaca
ekstrim sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Pada
musim pancaroba cuaca di wilayah Indonesia terkadang tak mudah di prediksi.
Dimana pada musim pancaroba kerap terjadi cuaca ekstrim, seperti; hujan badai,
hujan es, petir, angin kencang, angin puting beliung, banjir dan longsor serta
gelombang laut yang tinggi. Kejadian cuaca ekstrim ini terjadi di hampir
seluruh Indonsia selama bulan-bulan musim peralihan. Kejadian cuaca ekstrim
pada musim pancaroba yang paling banyak adalah bencana angin puting beliung.
Musim pancaroba biasanya suhu udara berubah menjadi lebih panas dan gerah,
disertai datangnya angin kencang, terjadinya awan gelap yang relative singkat
serta hujan deras (kadang-kadang ada hujan butiran es).
Angin Puting Beliung
Angin
puting beliung sering terjadi diwilayah Indonesia pada bulan-bulan peralihan
musim kemarau/hujan (pancaroba). Hal ini terjadi karena proses perubahan arah
angin asia dan angin Australia yang terjadi dua kali setahun. Perubahan arah
angin regional tersebut akan mempengaruhi kestabilan beda tekanan udara
permukaan dan lapisan atas yang cukup besar sehingga menimbulkan daya sedot
udara dari permukaan ke lapisan atas yang kuat. Namun area kejadian angin
puting beliung pada umumnya sangat lokal dan dalam waktu yang singkat.
Tanda-tanda akan terjadinya angin puting beliung, antara lain;
- Sehari sebelumnya udara malam hari terasa panas dan gerah
- Pada pagi hari langit cerah dan sekitar 10.00 pagi ada pertumbuhan awan gelap yang cepat
- Terbentuk awan gelap Cumulusnimbus (Cb) yang bentuk awannya seperti bunga kol
- Angin dingin mulai berhembus dan ranting serta daun pepohonan disekitar mulai bergoyang kencang
- Angin dingin semakin lama semakin kencang dan terjadilah angin rebut (puting beliung)
Bencana Angin Puting Beliung
Melihat hasil data
perbandingan bencana alam per jenis kejadian selama periode tahun 1815-2014
(sumber data BNPB) yang terjadi di wilayah Indonesia, angin puting beliung
menempati urutan ke 2 terbesar yaitu 21 % . Data dari BNPB, selama tahun 2013
telah terjadi kejadian angin puting beliung di wilayah Indonesia sebanyak 503
kejadian, jumlah meninggal 31 jiwa, luka-luka 171 jiwa,menderita 45.774 jiwa,
mengungsi 1.598 jiwa, sera rumah rusak ringan hingga rusak berat sebanyak 26.703
unit.
Mitigasi Bencana Alam Musim Pancaroba
Cuaca ekstrim pada musim
pancaroba terutama puting beliung, proses terjadinya dalam waktu yang singkat
dan dadakan. Sehingga ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi
resiko/dampak kerugian yang ditimbulkannya, yaitu dengan pemahaman tentang
mitigasi bencana alam cuaca ekstrim
Sebelum terjadi becana
·
Mengenali
apa yang tanda-tanda sebelum kejadian puting beliung;
sehari sebelumnya udara terasa panas dan gerah,
awan tiba2 gelap dan angin dingin mulai berhembus kencang, kilat dan petir.
sehari sebelumnya udara terasa panas dan gerah,
awan tiba2 gelap dan angin dingin mulai berhembus kencang, kilat dan petir.
·
Perhatikan
bahwa struktur benda-benda yang mudah tumbang
oleh angin puting beliung.
oleh angin puting beliung.
·
Memangkas
ranting dan daun rimbun pohon tinggi yang mudah rapuh.
·
Bangunan
dan atap rumah yang tidak permanen
supaya lebih diperkuat cengkramannya
(atap asbes, seng, daun, dll)
supaya lebih diperkuat cengkramannya
(atap asbes, seng, daun, dll)
·
Papan
reklame dicek secara permanen kekuatannya
apalagi menjelang musim transisi.
apalagi menjelang musim transisi.
·
Waspada
bagi yang tempat tinggal di lereng tanah mudah longsor.
Karena tanah ketika musim kemarau yang keras akan kena air hujan
mengalami proses penggemburan. Seperti batu gamping disiram air. Jadi mudah ambrol.
Karena tanah ketika musim kemarau yang keras akan kena air hujan
mengalami proses penggemburan. Seperti batu gamping disiram air. Jadi mudah ambrol.
·
Kenali
lingkungan tempat anda bekerja/tinggal untuk memudahkan perlindungan yang aman.
·
Belajar
menggunakan alat pemadam kebakaran.
·
Catat
nomer telepon penting yang dapat dihubungi.
·
Menyediakan
kotak P3K, senter, radio
serta makanan suplemen dan air.
serta makanan suplemen dan air.
·
Pemetaan
daerah rawan angin puting beliung.
·
Adanya
aturan tentang pembangunan.
·
Latihan
simulasi penyelamatan diri.
·
Memperkenalkan dan menerapkan asuransi bencana di daerah rawan
bencana angin puting beliung
Saat Kejadian
·
Hindari
berlindung dibawah pohon yang mudah rapuh/roboh.
·
Hindari
berlindung dibawah/samping papan reklame yang tidak kuat/kokoh.
·
Lindungi
badan dan kepala anda dari reruntuhan bangunan
dengan bersembunyi di bawah meja dsb (cari tempat yang paling aman).
dengan bersembunyi di bawah meja dsb (cari tempat yang paling aman).
·
Lari
keluar apabila masih bisa dilakukan ketika atap rumah mulai terangkat angin.
·
Jika
berada diluar bangunan, berlindung pada tempat yang benar-benar kokoh.
Bawah jembatan besi/beton, bungker jika ada, dll.
Bawah jembatan besi/beton, bungker jika ada, dll.
·
Perhatikan
tempat anda berlindung, hindari apabla ada angin ribut akan menuju anda.
·
Mematikan barang elektronik dari aliran listrik (TV, Laptop,
HP, dll).
·
Setelah Kejadian
·
Keluarlah
dari tempat anda berlindung dengan hati-hati.
·
Periksa
apa ada yang terluka, lakukan P3K.
·
Telepon
atau mintalah pertolongan apabila ada yang terluka parah.
·
Periksa
lingkungan sekitar anda.
·
Periksa
apabila ada bangunan/pohon roboh.
·
Periksa
apabila terjadi hubungan arus pendek (konslet) dan segera matikan listrik.
·
Periksa
apbila ada hal-hal yang membahayakan.
·
Mendengarkan
informasi peringatan dini cuaca ekstrim dari instansi terkait.
·
Jangan panik dan berdoalah pada yang diatas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar