Rabu, 25 Januari 2017

Data Log Bor



TUGAS  STATIGRAFI
                                                         DATA LOG BOR




DISUSUN OLEH:
HENA SURI INTAN PERTIWI
H22113007


PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016



u  Pendahuluan
Proses  sedimentasi  yang  membentuk  stratigrafi  dapat  dianalisis  melalui data log.
Analisis  stratigrafi  berdasarkan  data  log  merupakan  kunci  untuk  eksplorasi  dan eksplotasi sumberdaya  geologi  terutama  airtanah  dan  petroleum.
Airtanah dan petroleum, merupakan sumberdaya geologi yang keberadaannya berkaitan erat dengan stratigrafi dan proses sedimentasi (Bjørlykke,2010; Fetter, 2001; Hiscock, 2005). Eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya geologi tersebut memerlukan analisis stratigrafi agar diperoleh hasil optimum. Analisis stratigrafi secara umum dilakukan dengan menggunakan data log di hampir sebagian besar basin di seluruh dunia (Campion, 2011). Interpretasi data log menjadi metode utama dalam mengembangkan kerangka kerja stratigrafi yang digunakan untuk pemetaan dan prediksi reservoar (Campion, 2011).
u  Logging dan Data Log
      Pengertian Logging dan Data Log
            Logging atau downhole merupakan penentuan sifat fisika pada material yang ada pada sekeliling lubang bor (Sheriff, 2002). Lubang bor disebut juga sebagai borehole atau lebih umum disebut sebagai sumur (well). Data yang diperoleh dari hasil logging pada sumur disebut sebagai data log atau well log (Sheriff, 2002).
            Data  log  merupakan  kurva  yang  diperoleh  dari  pengukuran  lubang  bor
(logging)  yang  menggambarkan  variasi  sifat  batuan  (Boggs,  2006)  yang  bisa
digunakan  untuk  interpretasi  geologi  (Catuneanu,  2006),  misalnya  resistivitas,
transmisivitas  gelombang  sonic,  serta  emisi  material  radioaktif  pada  batuan.
Variasi  dari  sifat  batuan  tersebut  menunjukkan  perubahan  litologi,  mineralogi,
kandungan  fluida,  porositas  (Boggs,  2006),  dan  korelasi  stratigrafi  (Catuneanu,
2006).
Logging dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis, yaitu :
  1. Wireline Log merupakan perekaman dengan menggunakan kabel setelah pengeboran dilaksanakan dan pipa pengeboran telah di angkat. dan Logging While Drilling.
2.      Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan pada saat membor
            Berdasarkan Boggs (2006), data log yang sering digunakan secara umum
adalah :
1.      Electric Log  merupakan data log yang berisi sifat kelistrikan dari batuan.
2.      Gamma Ray Log merupakan data log yang berisi radiasi gamma alami pada batuan.
Log gamma ray itu adalah salah satu jenis data log sumur yang isi datanya adalah rekaman jumlah material radioaktif yang berukuran sangat kecil yang ada dalam suatu lapisan batuan/formasi dalam lubang bor.

dalam kegiatan logging, dikenal alat yang namanya "Gamma Ray Scintillator Detector" .alat tadi itu menangkap sinar radioaktif yang dipancarkan oleh unsur Potasium (K), Thorium (Th) dan Uranium (U) secara bersamaan dengan besar spektrum berkisar antara 0 hingga 3 MeV.
Cara pengambilan data

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqLy5zcA4tVdGunpH6AVEP71LIp67uk55nYVk1Wa2-5Hf_rGmg9sbjTxTJsstM_76h8UUH-uWo4-bMjTsHAhnolF5izxdc2Dzom8ehPDt_t33Byqrp9E6-SPI6SvUJl7nBFcLFGziqqA/s1600/gr-tool.JPG
Buat apa sih Log Gamma Ray itu ?
u  Dalam kegiatan evaluasi formasi, nilai yang terbaca sebagai log gamma ray ini digunakan sebagai 'alat' untuk menginterpretasikan jenis litologi sepanjang lubang bor. 
u  Sinar gamma sangat efektif dalam membedakan lapisan permeable dan non permeable karena unsur-unsur radioaktif cenderung berpusat di dalam serpih yang non permeable dan tidak banyak terdapat dalam batuan karbonat atau pasir yang secara umum bersifat permeable.
3.      Sonic Log merupakan  data  log  yang  berisi  variasi  kecepatan  suara  saat  menembus batuan. 
4.       Formation  Density  Log merupakan  data  log  yang  berisi  porositas, litologi,  geokimia,  serta  magnetisme  batuan.  Tipe  data log,  sifat  yang  diukur, satuan 
  interpretasi  geologi  secara  lebih  detail dideskripsikan  oleh Catuneanu (2006) pada Gambar 1.
Gambar 1. Deskripsi tipe data log, sifat yang diukur, satuan, dan interpretasi gelogi
(Catuneanu, 2006)


u  Interpretasi Data Log
Interpretasi  data  log  dilakukan  dengan  korelasi  data  log  dan  data  bor (Boggs,  2006;  Catuneanu,  2006;  Van  Wagoner  et  al.,  1990).  Jika  korelasi  sudah didapatkan maka data geofisika pada area sekitar lubang bor bisa diinterpretasi berdasarkan  data  bor  yang  ada  dengan  tingkat  kesalahan  yang  bisa  ditolerir. Contoh korelasi adalah saat pengeboran diperoleh lapisan air asin dan data log pada  lapisan  tersebut menunjukkan  nilai  resistivitas yang  rendah,  pada  sekitar lubang  bor  tersebut  berdasarkan  pengukuran  geofisika  diperoleh  lapisan  yang memiliki nilai resistivitas yang rendah pada kedalamanyang sama maka lapisan tersebut  bisa  diinterpretasi  sebagai  lapisan  air  asin  (Boggs,  2006).
 Contoh  lain dari  interpretasi  data  log  adalah  pada  sumur  diperoleh  bahwa  pasir  memiliki gamma  ray  yang  rendah,  sedangkan  lempung  memiliki  gamma  ray  yang  tinggi, pengukuran  geofisika  pada  area  disekeliling  sumur  menunjukkan  nilai  gamma ray  yang  rendah  sehingga  bisa  diinterpretasi  bahwa  daerah  tersebut  tersusun oleh material pasir (Middleton, 2003).
u  Parameter Analisis Stratigrafi Data Log
1.      Stacking pattern
Stacking patternatau disebut juga sebagai arsitektur merupakan susunan spasial  dari  komponen  individual  pada  sekumpulan  massa  batuan  di  suatu kompleks  massa  batuan  (Miall,  1985;  dalam  Middleton,  2003).   Siklus  dari stacking  pattern merupakan  produk  dari  perubahan  sistematis  rasio accomodation spacedan suplai sedimen (Van Wagoner et al., 1990; Sonnenfeld & Cross, 1993; Sonnenfeld, 1996; dalam Middleton, 2003).
Pada dasarnya terdapat tiga macam  stacking pattern(Van Wagoner et al., 1990;  dalam  Middleton,  2003)  yaitu  progradasi,  retrogradasi,  dan  agradasi (Gambar  3).  Progradasi  adalah  stacking  pattern yang  terbentuk  saat accomodation  space <  dari  suplai  sedimen.  Retrogradasi  merupakan  stacking pattern yang  terbentuk  saat  accomodation  space >  suplai  sedimen.  Agradasi adalah  stacking  pattern yang  terbentuk  saat  accomodation  space =  suplai sedimen.
2.      Flooding Surface, Maximum Flooding Surface, dan Sequence Boundary
Flooding  surface  adalah  lapisan  yang  menggambarkan  terjadinya peningkatan  accomodation spacesecara tiba-tiba dengan terjadinya genang laut (Boggs,  2006;  Middleton,  2003). 
Flooding  surface  dicirikan  dengan  banyaknya kandungan  lempung,  berkurangnya  kandungan  debu,  banyak  fauna  laut  dalam dan  nutrien  organik  (Middleton,  2003).  Flooding  surface  yang  berurutan membentuk batas yang disebut parasequence(Van Wagoner, 1985; Van Wagoner et al., 1988; dalam Van Wagoner  et al., 1990; Middleton, 2003). Flooding surface dengan  lapisan  yang  paling  tebal  dari  serangkaian  flooding  surface  yang  ada disebut sebagai  maximum flooding surface(Middleton, 2003).  Maximum flooding surface menunjukkan  kondisi  genang  laut  tertinggi  yang  dicirikan  dengan endapan  tegal  dari  sekuen  yang  padat  (Selley,  2000).
 Sequence  boundary merupakan lapisan yang menggambarkan terjadinya pengurangan  accomodation spacesecara tiba-tiba dengan terjadinya surut laut (Middleton, 2003).  Sequence boundary  dicirikan  oleh  lapisan  subaerial  unconformity yaitu  material  berbutir lebih  kasar  misalnya  pasir  dan  debu  pasiran  yang  mengendap  diatas  lapisan berbutir halus atau lempung (Middleton, 2003).
3.      System tracts
System  tracts merupakan  unit  stratigrafi  genetis  yang  menggabungkan strata  yang  terdeposisi  dalam  suatu  sistem  sedimen  dispersal  yang  serempak. Sistem  sedimen  dispersal  merupakan  sistem  yang  menggambarkan  bagaimana sedimen  terdistribusi  dalam  basin  berada  dalam  kondisi stabil  selama  proses sedimentasi  beralngsung.  Sistem  tracts  dibatasi  oleh  stacking  pattern  yang spesifik,  berkaitan  erat  dengan  perubahan  garis  pantai,  dan  respon  sedimen akibat  interaksi  antara  suplai  sedimen,  fisiografi,  energi  pengendapan,  dan perubahan accomodation space (Catuneanu, 2006).
System tracts terbagi menjadi empat yaitu 
1.      low stand(sedimen terdeposisi pada  kondisi  surut  laut  hingga  awal  genang  laut  mulai  terjadi), 
2.      transgressive(sedimen  terdeposisi  saat  proses  genang  laut  terjadi),
3.       high  stand (sedimen terdeposisi pada kondisi genang laut), dan 
4.      shelf-margin systems tracts(sedimen terdeposisi saat terjadi proses surut laut) (Vail,  1987; Vail, 1988; Posamentier  et al.,  1988;  dalam  Catuneanu,  2006;  Boggs,  2006). 
System  tracts tersebut didefinisikan  berdasarkan  fluktuasi  eustasi.  Saat  faktor tektonika dipertimbangkan  bersama  dengan  faktor  fluktuasi  eustasi  (dua  faktor  tersebut mencerminkan  perubahan  relatif  muka  air  laut),  system  tracts didefinisikan menjadi dua tipe yaitu tipe 1 dan tipe 2 (Catuneanu,2006).
Tipe 1 menunjukkan sekuen  yang  tersusun  oleh  lowstand-transgressive-highstand  sedangkan  tipe  2 menunjukkan sekuen yang tersusun oleh kombinasi shelf-margin-transgressivehighstand  (Catuneanu,  2006).  Tipe  1  terbentuk  saat  kecepatan  surut  laut > kecepatan  subsidensi  pada  tepi  paparan  (shelf  edge).  Tipe  2  terbentuk  saat kecepatan surut laut < kecepatan subsidensi pada tepi paparan (shelf edge).
Gambar 5.Tipe system tract dengan mempertimbangkan fluktuasi esutasi
dan tektonika (Catuneanu, 2006)
Reservoar Potensial
Potensi  batuan  terdapatnya  lapisan  yang  menjadi  reservoar  pada  suatu stratigrafi ditinjau dari dua aspek yaitu aspek hidrogeologi dan aspek petroleum. Kedua  aspek  tersebut  melihat  prospek  sumberdaya  geologi  dalam  sudut pandang  yang  berbeda  walaupun  kedua  aspek  tersebut  memiliki  kriteria  yang sama  tentang  reservoar  yang  baik  (Selley,  2000).
Kriteria  lapisan  batuan  yang merupakan  reservoar  yang  potensial  dari  sudut  pandang  hidrogeologi  dan petroleum  adalah  lapisan  porus  dan  permabel  atau  memiliki  porositas  da n permeabilitas yang tinggi (Bjørlykke, 2010; Fetter,2001; Hiscock, 2005). Kedua sudut pandang tersebut  berbeda  saat berkaitan  dengan proses pengisian  fluida dalam lapisan batuan tersebut.
Berdasarkan  sudut  pandang  hidrogeologi,  sumber  airtanah  dapat terbentuk  saat  dibawah  lapisan  yang  porus  dan  permeabel  terdapat  suatu lapisan impermeabel (impervious rock) yang menahan airagar tidak mengalami perkolasi  (Fetter,  2001;  Hiscock,  2005;  Selley,  2000).  Menurut  pandangan petroleum,  sumber  petroleum  dapat  terbentuk  saat  diatas  lapisan  yang  porus dan  permeabel  terdapat  suatu  lapisan  impermeabel  (cap rock/seal  rock)  yang menahan  petroleum  agar  terjebak  dan  terakumulasi  serta  tidak  lepas  ke permukaan (Bjørlykke, 2010; Selley, 2000).
Stacking pattern yang menunjukkan progradasi  merupakan  reservoar  yang  potensial  bagi  petroleum  karena mengakomodir  terbentuknya  cap  rock,  sedangkan  stacking  pattern  yang retrogradasi  merupakan  reservoar  potensial  bagi  airtanah  karena mengakomodir terbentuknya impervious rock (Selley, 2000).
u  Korelasi Data Log
Korelasi adalah sebuah bagian fundamental dari stratigrafi,
Korelasi ialah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu (Sandi Startigrafi Indonesia, 1996).
Menurut North American Stratigrafi Code (1983) ada tiga macam prinsip dari korelasi:
1.   Lithokorelasi, yang menghubungkan unit yang sama lithologi dan posisi stratigrafinya.
2.    Biokorelasi, yang secara cepat menyamakan fosil dan posisi biostratigrafinya.
3.    Kronokorelasi, yang secara cepat menyesuaikan umur dan posisi kronostratigrafi.
Korelasi Dengan Instrumen Well Logs
u  Log adalah suatu terminologi yang secara original mengacu pada hubungan nilai dengan kedalaman, yang diambil dari pengamatan kembali (mudlog). Sekarang itu diambil sebagai suatu pernyataan untuk semua pengukuran kedalam lubang sumur (Mastoadji, 2007).
u  Secara prinsip pengunaan dari  well logs adalah untuk:
1.      Penentuan lithology
2.      Korelasi stratigrafi
3.      Evaluasi fluida dalam formasi
4.      Penentuan porositas
5.      Korelasi dengan data seismic
6.      Lokasi dari faults and fractures
7.      Penentuan dip dari strata
Syarat untuk dapat dilakukannya korelasi well logs antara lain adalah :
1. Deepest
2. Thickest
3. Sedikit gangguan struktur (unfaulted)
4. Minimal ada 2 data well log pada daerah pengamatan
u  Sequence Boundary (SB) merupakan batas atas dan bawah satuan sikuen stratigrafi adalah bidang ketidak selarasan atau bidang-bidang keselarasan padanannya (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).
u  Maximum flooding surface teridentifikasi oleh adanya maximum landward onlap dari lapiasan marine pada batas basin dan mencerminkan kenaikan maksimum secara relatif dari sea level (Armentout, 1991).

u  Untuk sikeun stratigrafi, biasanya dipakai Sequence Boundary (SB) dan Maximum Flooding Surface (MSF) untuk korelasi. Hal ini dikarenakan pelamparan SB dan MSF yang luas. Sequence Boundary (SB) dan Maximum Flooding Surface (MFS) ini menandakan suatu proses perubahan muka air laut yang terjadi secara global.
u  Sehingga Sequence Boundary (SB) dan Maximum Flooding Surface (MFS) ini sering digunakan untuk korelasi antar sumur. Dari data Well logs, adanya Sequence Boundary (SB) biasanya ditandai dengan adanya perubahan secara tiba-tiba dari Coarsening Upward menjadi Fineing Upward atau sebalikknya. Sedangkan Maximum Flooding Surface (MFS) dari data log ditunjukkan dari adanya akumulasi shale yang banyak, dan MSF merupakan amplitude dari log yang daerah shale.